Djawanews- Beberapa kota sempat memiliki kualitas udara yang buruk dan tidak sehat dari pagi hingga siang pada hari ini, Rabu (14/6). Jakarta, Palembang, dan Bengkulu menjadi kota dengan kualitas pencemaran udara paling parah.
Kedua kota tersebut memiliki kualitas udara yang tidak sehat karena konsentrasi Partikulat PM2.5 di wilayah tersebut terlampau tinggi.
Particulate Matter (PM2.5) ialah polutan berbentuk debu, jelaga, asap berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron atau µm (mikrometer/sepersejuta meter). Sumbernya dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti asap kendaraan dan pabrik serta PLTU.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kualitas udara kategori Baik (warna hijau) ada pada kisaran dengan konsentrasi PM2.5 0-15,5 µgr/m3; Sedang (biru) 15,6-55,4 µgr/m3;
Tidak Sehat (kuning) 55,5-150,4 µm/m3; Sangat Tidak Sehat (merah) 150-250,4 µgr/m3; dan Berbahaya (hitam) > 250,4 µgr/m3.
Berdasarkan data BMKG, kota yang paling tak sehat kualitas udaranya hari ini adalah Palembang, Sumatra Selatan.
Bumi Sriwijaya mencapai level Tidak Sehat dengan konsentrasi PM2.5 paling tinggi pada pukul 07.00 WIB dengan nilai 104,9 µgr/m3. Sejam kemudian, angkanya menurun ke 96,6 µgr/m3. Setelah itu, angkanya kian turun ke level Sedang.
Kota lainnya adalah Bengkulu. Konsentrasi PM2.5 tertingginya adalah 66,2 µgr/m3 (jam 08.00 WIB), dan 74,4 µgr/m3 (09.00 WIB). Setelah itu angkanya membaik ke level Sedang.
Sementara, ibu kota Jakarta tak buruk-buruk amat meski masih mencapai level Tidak Sehat. Konsentrasi PM2.5 di stasiun pengamatan di Kemayoran, Jakarta Pusat, mencapai angka terburuknya 65,9 µgr/m3 pada pukul 05.00 WIB.
Setelah itu, angkanya kemudian menurun kembali ke level Sedang. Data terakhir per pukul 11.00 WIB, PM2.5 di Kamayoran ada pada angka 48,6 µgr/m3.
Beberapa wilayah pengukuran PM2.5 lainnya, seperti Pekanbaru, Palangkaraya, Samarinda, Jambi, Sleman, dan Maros memiliki kualitas udara dengan konsentrasi PM2.5 yang Baik hingga Sedang.
Sejauh ini, belum ada keterangan di situs BMKG soal penyebab tingginya konsentrasi PM2.5 di tiga kota itu.
Namun, ada sejumlah titik panas atau hotspot yang terpantau BMKG terutama akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Menurut pantauan CNNIndonesia.com di situs tersebut pada Rabu (14/6) pagi, terdapat sejumlah hotspot di Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kalimantan.
Di Sumatra Selatan sendiri ada beberapa hotspot, seperti di wilayah Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Rawas, dan Lahat.
Pihak lembaga belum memberikan keterangan soal kemungkinan terbawanya asap kebakaran ke kota-kota dengan kualitas udara tak sehat itu.
Sebagai informasi, pengukuran konsentrasi PM2.5 menggunakan metode penyinaran sinar Beta (Beta Attenuation Monitoring) dengan satuan mikrogram per meter kubik (µm/m3). Pemantauan partikel ini sendiri telah dilakukan BMKG sejak 2020.