Djawanews- Krisis air bersih di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali pada musim kemarau ini sudah menunjukkan tingkat kerawanan tinggi. Kondisi ini membuat warga terpaksa merogoh kocek lebih dalam untuk membeli air bersih.
Bahkan, Bupati Klungkung I Nyowan Suwirta mengatakan beberapa warga harus membeli air bersih hingga Rp2,5 juta per bulan. Terutama, sambungnya, warga di bagian atas pulau Nusa Penida.
Merespons kondisi di Nusa Penida, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace mengatakan pihaknya sudah membicarakan dan sedang mencari solusinya dan akan mencoba teknologi Jerman yang bisa mengubah air laut menjadi air tawar.
"Tadi saya juga bicarakan, beberapa hari yang lalu ada teknologi Jerman yang menyampaikan, katanya air laut bisa bisa dirubah menjadi air minum dan menjadi air tawar. Saya, persilakan ke Klungkung karena (studi) ini (kalau) berhasil bisa ada projeknya. Kita cari apa pun caranya untuk mengatasi persoalan ini," kata Cok Ace di Gedung DPRD Bali, Denpasar, Senin (12/6).
Kendati demikian, pihaknya belum sempat menerangkan seperti apa teknologi Jerman itu, untuk mengatasi krisis air bersih di Nusa Penida. Selain itu, pihaknya juga belum mengetahui berapa banyak warga di Nusa Penida yang terdampak krisis air bersih dan untuk krisis air bersih menurutnya memang rutin terjadi, apalagi masuk musim kemarau.
"Secara statistik saya belum bisa menjawab, tapi itu sudah menjadi masalah rutin khususnya nanti kalau sudah mulai musim-musim kemarau," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Fraksi Partai Gerindra DPRD Provinsi Bali, meminta Pemprov Bali untuk membantu warga di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, yang mengalami krisis air.
I Ketut Juliartha yang merupakan Ketua Praksi Partai Gerindra memohon kepada Gubernur Bali, Wayan Koster untuk membantu rakyat Nusa Penida menangani masalah krisis air bersih.
"Sampai saat ini masih banyak rumah masyarakat yang belum dialiri air bersih, sehingga mau tidak mau mereka membeli air bersih dari luar. Harganya bisa mencapai Rp 1 juta lebih per bulan," kata dia, saat sidang Paripurna di Gedung DPRD Bali, Senin (12/6).
"Betapa mahalnya uang yang harus dikeluarkan masyarakat hanya untuk memenuhi air bersih yang menjadi kebutuhan untuk menunjang hidup. Lalu, bagaimana peran kita sebagai pemangku kebijakan, sampai saat ini permasalahan air belum juga bisa diatasi," imbuhnya.
Terpisah, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengatakan warganya memang kerap mengeluarkan dana lebih untuk mendapatkan air bersih, terutama di musim kemarau.
"Untuk membeli air bersih kami akui sampai Rp1 juta-Rp 2,5 juta per bulan. Mereka itu gunakan untuk kebutuhan usaha hotel dan restoran," tuturnya Selasa, seperti dikutip dari detik, Selasa
Oleh karena itu, Suwirta mengaku sedang berusaha meningkatkan layanan air bersih melalui Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Panca Mahottama Klungkung. Ia berharap PDAM tersebut dapat meningkatkan debit airnya.
Usaha lainnya, yakni mengusulkan penyulingan air laut seperti yang saat ini sudah dilakukan di Nusa Lembongan. Diketahui, penyulingan air laut dibangun di Desa Jungut Batu. Sistem ini (Sea Water Reverse Osmosis/SWRO) bisa menghasilkan 120 liter air per detik.
"Di Nusa Ceningan sudah lama berdiri (SWRO) dan sudah beroperasi. Saat ini, kami fokus menangani (penyulingan air laut) juga di Nusa Gede (Nusa Penida)," ujar Suwirta.