Djawanews.com – Tengah menjadi sorotan publik pernyataan Habib Nabil Assegaf yang menyatakan mereka para keturunan nabi juga manusia biasa.
Habib Nabil sebenarnya sedang membicarakan mengenai fenomena masyarakat di Indonesia yang terlalu mendewakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Padahal, zuriah Rasulullah hanya manusia biasa yang bisa saja berbuat salah.
Habib Husin juga mengatakan, belajar agama tak harus dari keturunan Nabi Muhammad. Sebab, secara pemahaman, mereka belum tentu lebih baik dibandingkan guru ngaji pada umumnya.
“Ndak harus belajar dengan keturunan nabi. Soalnya, keturunan nabi kalau pemahamannya tidak sama dengan nabi, jangan belajar dari dia. Yang penting itu pemahamannya memiliki mata rantai,” ungkap Habib Nabil Assegaf pada Minggu 28 November.
“Kalau nasabnya saja sampai ke nabi, tapi pemahaannya tidak sampai ke nabi, jangan belajar kepada dia. Tapi kalau ada keturunan nabi, nasabnya dan pemahamannya sampai ke Nabi Muhammad SAW, maka utamakan dia,” lanjutnya.
Bukan hanya keilmuwan, cara membedakan keturunan nabi yang baik atau tidak bisa dilihat melalui gaya hidupnya. Jika tak seperti Rasulullah, maka jangan kemudian didekati.
“Keturunan nabi, nasabnya sampai ke nabi, tapi gaya hidupnya beda dengan gaya hidup nabi, jangan didekati. Dia cuma manusia biasa kok, bisa berbuat salah, jangan kemudian dewakan. Sebab, keturunan nabi bukan nabi.”
“Keturunan Nabi Muhammad kalau jalannya di jalan Nabi Muhammad, baru kita jadikan panutan. Tapi kalau tidak jalan di jalannya Nabi Muhammad, ya ndak ada bedanya (dengan manusia umumnya),” tuturnya.
Saat ini, ada dua keturunan nabi yang paling populer dan dikenal masyarakat Tanah Air, yakni Habib Bahar bin Smith dan Habib Rizieq Shihab.
Terlepas kontroversi yang telah dibuat, mereka berdua memiliki massa atau jamaah yang terbilang banyak di Indonesia.
Cara Menghormati Keturunan Nabi Ala Habib Nabil Assegaf
Lebih jauh, Habib Husin menjelaskan, keturunan Nabi Muhammad—apalagi di zaman sekarang—belum terjamin kebenarannya.
Sebab, melalui catatan sejarah, orang-orang terdekat nabi saja, seperti pamannya, bisa berbuat salah. Apalagi mereka yang silsilahnya jauh dari nabi.
“Lah ini, yang ada di zaman sekarang ini sudah ke berapa keturunannya. Nanti dulu, jangan spekulasi, ini masalah agama soalnya,” tegasnya.
Meski demikian, dia mengingatkan pentingnya menghormati keturunan nabi di Indonesia. Namun, jika dia salah, katakan salah, begitupun sebaliknya.
“Loh, harus menghormati, wajib dihormati. Tapi kalau diikuti seakan-akan dia ini seperti nabi, nanti dulu. Kalau dia salah, ya harus katakan salah. Kalau benar, ya harus katakan benar,” pungkas Habib Nabil Assegaf.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.