Djawanews.com – Kerusuhan besar terjadi di Prancis dalam lima hari terakhir, dipicu penembakan remaja 17 tahun hingga tewas oleh polisi. Presiden Emmanuel Macron mendesak pemerintah untuk segera memulihkan ketertiban di negara yang dipimpinnya itu.
Menurut laporan BFMTV, Minggu (2/6), Macron mengadakan pertemuan di Istana Elysee yang dihadiri oleh Perdana Menteri Elisabeth Borne, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin dan beberapa menteri lainnya untuk mengatasi situasi yang sedang berlangsung di negara tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, dia meminta para menteri untuk "terus melakukan segala daya mereka untuk memulihkan ketertiban dan menjamin kembalinya ketenangan."
Dia juga menekankan pentingnya meluncurkan penyelidikan secara menyeluruh untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang situasi yang sedang berlangsung.
Macron akan bertemu dengan Presiden Majelis Nasional Prancis Yael Braun-Pivet dan Presiden Senat Gerard Larcher pada Senin (3/6), dilanjutkan dengan pertemuan dengan 220 wali kota yang terdampak protes di Istana Elysee pada Selasa (4/6).
Sementara itu, otoritas penegak hukum mengerahkan kendaraan berlapis baja di pusat Kota Marseille untuk mengantisipasi kemungkinan protes baru.
Unit polisi khusus juga bertugas di Lyon menyusul protes malam yang menegangkan di kota itu.
Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan sekelompok aktivis sayap kanan berbaris melalui jalan-jalan Lyon dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Prancis milik Prancis."
Protes nasional atas pembunuhan Nahel M, seorang remaja berusia 17 tahun keturunan Aljazair, terus mengguncang Prancis.
Hingga malam kelima protes, sebanyak sebanyak 577 kendaraan dan 74 bangunan dibakar dan 871 kebakaran tercatat di jalan-jalan dan ruang publik lainnya, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Prancis.
Nahel ditembak dari jarak dekat oleh seorang petugas polisi pekan lalu ketika pemeriksaan lalu lintas di Nanterre, pinggiran Paris, setelah dia mengabaikan perintah untuk berhenti.