Djawanews.com – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto Wardoyo, mengungkapkan penurunan angka pernikahan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Hasto mengatakan data menunjukkan penurunan signifikan dari sekitar 2 juta pasangan menikah per tahun menjadi hanya 1,5 hingga 1,7 juta pasangan.
Ia memaparkan, tujuan pernikahan di Indonesia, mayoritas untuk prokreasi, yang artinya untuk mendapatkan keturunan.
“Ada juga yang rekreasi, supaya hubungan suami-istri sah, ada yang 'security' yaitu supaya bisa mendapatkan perlindungan,” ujarnya saat mengunjungi Universitas Negeri Semarang (UNNES), Rabu, 26 Juni.
Menurutnya saat ini, terdapat atau terjadi perubahan persepsi tentang pernikahan, yang mana pernikahan dianggap sebagai tradisi atau budaya yang tidak mesti perlu dilakukan. Ada beberapa penelitian menemukan bahwa keinginan menikah mengalami penurunan sehingga Total Fertility Rate (TFR) ada di angka 2,18.
“Di Jawa Tengah sendiri, Angka Kelahiran Total senilai 2,04. Secara nasional saya memiliki tanggung jawab agar penduduk tumbuh seimbang. Saya berharap adik-adik perempuan nanti punya anak rata-rata 1 perempuan. Kalau di desa ada 1000 perempuan maka harus ada 1000 bayi perempuan lahir. Hal itu diperlukan agar suatu desa tidak 'zero growth' bahkan 'minus growth', lama-lama habis orangnya,” ujar dokter Hasto.
Dirinya juga menghimbau remaja agar jangan menikah terlalu muda. Pasalnya, berbagai potensi masalah yang dapat terjadi pada kehamilan usia dini.
Lebih lanjut, ia juga memberikan penyuluhan mengenai organ reproduksi dan proses perkembangan bayi sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). “Siap nikah itu memiliki makna yang dalam, artinya menyiapkan kehamilan,” tukasnya.
Pada kegiatan ‘Siap Nikah Goes To Campus’ yang merupakan inovasi terbaru dari BKKBN, UNNES menjadi lokus perdana pelaksanaannya.