Dilansir dari blog.netray.id: Sejumlah komoditas pangan biasanya mengalami kenaikan harga yang cukup substansial setiap menjelang pergantian tahun seperti saat ini. Salah duanya adalah harga komoditas cabai dan minyak goreng. Rumah tangga nasional disebutkan harus merogoh kocek lebih dalam daripada yang biasa mereka keluarkan. Netray Media Monitoring melakukan sejumlah penggalian informasi dan data khusus terkait kondisi ini.
Yang pertama adalah dengan melihat seberapa banyak lonjakan harga dari kedua komoditas tersebut. Apakah kenaikan tersebut terpantau signifikan dalam periode waktu tertentu atau merangkak naik secara perlahan. Hal ini sangat penting untuk dibaca mengingat kenaikan harga akan sangat berpengaruh dengan bagaimana strategi rumah tangga nasional kala mengelola kebutuhan mereka. Apabila berubah secara drastis dan belum diantisipasi, kemungkinan besar akan memunculkan keluhan publik yang cukup masif.
Data Harga Komoditas Selama 3 Bulan
Dari tabel di atas terlihat bahwa cabai varian rawit merah menjadi komoditas yang mengalami lonjakan tertinggi. Di bulan Oktober harga rata-rata nasional cabai rawit merah adalah sebesar Rp 41.548 dan turun sedikit pada bulan November di angka Rp 39.249. Lonjakan tersebut baru terjadi pada bulan Desember yang membuat bahan pokok rumah tangga ini tercatat di harga Rp 59.218 untuk setiap 1 kg.
Sedangkan untuk komoditas minyak goreng untuk semua varian juga mengalami lonjakan harga pada akhir tahun ini. Hanya saja dari grafik di bawah ini kenaikan harga tersebut tidak begitu kontras selama 3 bulan terakhir. Sebagai contoh minyak goreng bermerek kemasan 1 ltr ditemukan seharga Rp 16.700 pada bulan Oktober, lantas meningkat menjadi Rp 17.929, dan Desember ini menjadi Rp 18.954.
Rumah tangga dalam negeri mungkin lebih terganggu dengan harga cabai yang melonjak tajam daripada harga minyak goreng. Sejumlah penyesuaian harus dilakukan untuk menghadapi situasi tersebut. Akan tetapi secara alami masyarakat, yang diwakili oleh warganet Twitter, bakal menuangkan rasa galaunya di linimasa. Bentuknya adalah penggunaan terminologi negatif yang dirangkum dalam grafik Top Complaints dari pemantauan Netray. Berikut adalah hasilnya dan sejumlah contoh tweet.
Keluhan Warganet Twitter
Kenaikan harga komoditas pangan pada dasarnya bisa dilacak karena tidak terjadi secara acak. Fenomena tersebut tentu saja dipengaruhi sejumlah faktor yang sangat mungkin untuk ditelusuri. Memanfaatkan data yang sudah ada di masa lampau bisa menjadi alternatif bagi rumah tangga nasional guna membaca kemungkinan di masa yang akan datang. Sehingga kalau terjadi kenaikan harga komoditas pangan semacam ini, masyarakat sudah memiliki cara untuk menghadapinya.