Djawanews - Kementerian Kesehatan menyederhanakan alur pelayanan vaksinasi Covid-19. Dari yang sebelumnya empat meja, sekarang jadi dua meja. Semuanya demi menghemat waktu vaksinasi, sehingga lebih efisien dan efektif. Penyederhanaan alur pelayanan vaksinasi ini dilakukan untuk mengurangi potensi kerumunan akibat dari waktu tunggu yang terlalu lama.
Selama ini, alur vaksinasi terbagi dalam dua meja. Meja 1 untuk screening dan vaksinasi serta meja 2 untuk pencatatan dan observasi.
Ada juga ruang tunggu untuk menunggu sasaran yang datang. Di ruang tunggu ini akan ada petugas mobile yang akan melakukan pengecekan sasaran melalui pedulilindungi.id dan membagikan kertas kendali yang harus diisi oleh sasaran.
Setelah dari ruang tunggu, selanjutnya peserta menuju meja 1. Di meja ini, setelah sasaran menjalani skrining kesehatan dan dinyatakan layak menerima vaksin, maka dapat langsung diberikan vaksin di meja tersebut. Petugas selanjutnya harus mengisi hasil dari skrining dan vaksinasi di kertas kendali.
''Ketika peserta sudah lolos skrining itu bisa langsung diberikan vaksin di meja tersebut, jadi tidak perlu pindah-pindah,'' kata Koordinator Substansi Imunisasi, Asik Surya saat Sosialisasi Penyederhanaan Alur Pelayanan Vaksiansi Regional Tengah, Minggu (2/5) lalu.
Sementara di meja 2, petugas harus menginput kertas kendali ke dalam Pcare, observasi serta cetak kartu vaksinasi. Penyederhanaan alur ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan sebelumnya. Mempermudah sasaran karena meja yang harus dilalui lebih sedikit, pengoperasian PCare jauh lebih mudah karena hanya memakai 1 user serta mengurangi adanya penumpukan sasaran.
Prima Yosephine, Plt Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan menjabarkan penyederhanaan alur ini telah diujicobakan di 4 provinsi; DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Dari hasil monitoring dan evaluasi, Kemenkes telah melakukan sejumlah perbaikan. Oleh karenanya, sistem ini sudah mulai disosialisasi kepada seluruh masyarakat di Indonesia.
''Mekanisme pelayanan alur vaksinasi dengan model 2 meja ini bisa mulai dilakukan pada 3 Mei 2021 dengan masa transisi selama 2 minggu,'' imbuhnya.
Selain alur pelayanan, Kementerian Kesehatan juga mempersingkat waktu observasi dari yang semula minimal 30 menit, kini masa observasi bisa dilakukan sekitar 15-30 menit. Hal ini sejalan dengan rekomendasi dari ITAGI, Komnas Pengkajian dan Penanggulangan KIPI, serta merujuk dari sumber lain seperti WHO, US-CDC dan anggota NTAG.
Disebutkan bahwa masa observasi selama 15 menit diperuntukkan bagi sasaran yang tidak memiliki riwayat alergi dan reaksi anafilaktik terhadap vaksin. Sementara waktu observasi yang lebih lama yakni 30 menit dilakukan oleh sasaran yang mengalami gejala klinis seperti reaksi yang timbul sebagai aktibat dari penyuntikan vaksin.