Djawanews - Presiden Joko Widodo dan para pemimpin hingga perwakilan negara-negara ASEAN sepakat, seluruh aksi kekerasan di Myanmar harus dihentikan. Jokowi juga mendesak seluruh tahanan politik di negara itu segera dibebaskan.
Permintaan itu disampaikan Jokowi usai mengikuti ASEAN Leaders’ Meeting (ALM) di gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Sabtu (2442021). ALM merupakan inisiatif Indonesia dan tindak lanjut dari pembicaraan Jokowi dengan Sultan Brunei Darussalam selaku Ketua ASEAN untuk menyelesaikan situasi politik yang memanas di Myanmar.
Tampak dalam pertemuan ialah Perdana Menteri Vietnam Phạm Minh Chính, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin, dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Menteri Luar Negeri Filipina sebagai Utusan Khusus Filipina Teodoro L. Locsin Jr., Menteri Luar Negeri Thailand sebagai Utusan Khusus Thailand Don Pramudwinai, Menteri Luar Negeri Laos sebagai Utusan Khusus Laos Saleumxay Kommasith, juga Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing turut hadir dalam ALM kali ini.
ALM ini diharapkan bisa mencapai banyak kesepakatan yang baik bagi rakyat Myanmar. Dan juga membantu Myanmar keluar dari situasi saat ini.
Sebagai bahan informasi, inilah pertemuansecara fisik pertama para pemimpin ASEAN selama masa pandemi ini. Menlu Retno Marsudi menggambarkan ini sebagai keseriusan dan tekad kuat para pemimpin ASEAN untuk membantu Myanmar.
Awal Februari lalu, Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi serta tokoh senior lainnya dari partai yang berkuasa ditahan. Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan para pemimpin lainnya telah ditangkap pada Senin dini hari.
"Perkembangan situasi di Myanmar, sesuatu yang tidak dapat diterima dan tidak boleh terus berlangsung. Kekerasan harus dihentikan dan demokrasi, stabilitas, dan perdamaian di Myanmar harus segera dikembalikan. Kepentingan rakyat Myanmar harus selalu menjadi prioritas," beber Jokowi.
"Kemudian yang kedua, dalam pertemuan ini, saya juga menyampaikan pentingnya Pemimpin Militer Myanmar untuk memberikan komitmen yaitu permintaan komitmen pertama, penghentian penggunaan kekerasan dari militer Myanmar. Di saat yang sama, semua pihak harus menahan diri sehingga ketegangan dapat diredakan. Permintaan komitmen kedua, proses dialog yang inklusif harus dimulai. Tahanan politik harus segera dilepaskan," sambung dia lagi.
Jokowi mendesak segera dibentuk Special Envoy ASEAN yaitu Sekjen dan Ketua ASEAN untuk mendorong dialog dengan semua pihak di Myanmar. Dia juga meminta akses bantuan kemanusiaan dari ASEAN yang dikoordinir oleh Sekjen ASEAN bersama dengan AHA Centre (ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management) bisa dibuka.
"Kita bersyukur bahwa apa yang disampaikan oleh Indonesia ternyata sejalan dengan yang disampaikan oleh para pemimpin ASEAN sehingga dapat dikatakan para pemimpin ASEAN telah mencapai konsensus," tandasnya.