Djawanews.com – Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga menilai ada upaya sistematis dari istana untuk merealisasikan pembentukan koalisi besar partai pendukung pemerintah untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Upaya sistematis tersebut terindikasi dari pertemuan politik yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan.
Pertama, manuver Luhut Binsar Pandjaitan yang diam-diam menemui Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum NasDem Surya Paloh.
Namun Luhut hanya berhasil mendekati Prabowo, sementara Surya Paloh tetap pada sikap mengusung Anies Baswedan sebagai bacapres 2024.
"Dua ketum ini ditemui Luhut. Tampaknya, untuk menggalang partai politik tetap masuk dalam pusaran Istana," ujar Jamiluddin.
Kemudian yang tengah ramai, Presiden Jokowi bertemu dengan lima ketua umum partai pendukung pemerintah di kantor PAN. Lima parpol itu sudah membentuk koalisi yakni Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Golkar, PAN dan PPP, kemudian Gerindra dan PKB yang sudah membangun Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Meski mendukung gagasan pembentukan koalisi besar, namun Jokowi mengaku menyerahkan keputusan kepada para ketum. Menurut Jamiluddin, Jokowi punya harapan terhadap lima partai itu untuk membentuk koalisi besar dan mengajak PDIP.
"Jadi wacana Koalisi Besar ini terkesan memang sudah dirancang Istana. Partai pendukung pemerintah, minus PDIP, sengaja diarahkan untuk meneruskan arah politik yang diinginkan Jokowi," kata Jamiluddin.