Djawanews.com – Pemerintah Israel menarik unggahan belasungkawa resmi atas wafatnya Paus Fransiskus dari akun media sosialnya, tanpa menyebutkan alasannya. Langkah ini memicu spekulasi bahwa penghapusan tersebut terkait dengan kritik mendiang Paus terhadap operasi militer Israel di Gaza.
Akun resmi pemerintah Israel @Israel di platform X (sebelumnya Twitter) sempat memposting pesan pada Senin (22/4): "Beristirahatlah dalam damai, Paus Fransiskus. Semoga kenangannya menjadi berkat", di samping gambar Paus yang sedang mengunjungi Tembok Barat di Yerusalem, melansir Reuters 23 April.
The Jerusalem Post mengutip pernyataan pejabat di kementerian luar negeri yang mengatakan bahwa Paus telah membuat "pernyataan yang menentang Israel" dan unggahan media sosial tersebut telah dipublikasikan karena "kesalahan".
Kementerian Luar Negeri, yang menurut platform media sosial X di situs webnya terkait dengan akun @Israel yang terverifikasi, tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Diketahui, Paus Fransiskus, yang meninggal pada Hari Senin di usia 88 tahun, menyarankan agar masyarakat global mempelajari apakah kampanye militer Israel di Gaza merupakan genosida terhadap rakyat Palestina pada November tahun lalu, dalam beberapa kritiknya yang paling gamblang sejauh ini terhadap perilaku Israel dalam perangnya dengan Hamas yang dimulai pada Bulan Oktober 2023.
Pada Bulan Januari, Paus juga menyebut situasi kemanusiaan di Gaza "memalukan", yang memicu kritik dari kepala rabi Yahudi Roma yang menuduh Paus Fransiskus memiliki "kemarahan selektif".
Sementara itu, Israel mengatakan tuduhan genosida dalam kampanyenya di Gaza tidak berdasar, bahwa mereka hanya memburu Hamas dan kelompok bersenjata lainnya.
Terpisah, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang memimpin koalisi sayap kanan partai-partai keagamaan dan nasionalis, belum mengomentari wafatnya Paus.
Namun, Presiden Israel Isaac Herzog pada Hari Senin mengirimkan pesan belasungkawa kepada umat di Tanah Suci dan di seluruh dunia, menggambarkan Paus Fransiskus sebagai "seorang pria dengan iman yang dalam dan kasih sayang yang tak terbatas".
Paus Fransiskus biasanya berhati-hati selama 12 tahun masa kepausannya tentang memihak dalam konflik, dan Ia mengutuk pertumbuhan kelompok antisemit, sementara juga berbicara melalui telepon dengan komunitas Kristen kecil di Gaza setiap malam selama perang.
Paus Fransiskus pada tahun 2014 mengunjungi Tembok Barat - tempat doa paling suci dalam Yudaisme - dan juga berdoa di bagian tembok yang dibangun oleh Israel di Tepi Barat yang diduduki yang memisahkan Yerusalem dan Betlehem.