Djawanews - Bermodal penduduk muslim terbanyak, Indonesia berpotensi menjadi produsen halal terbesar di dunia. Pemerintah berkomitmen terus mengembangkan industri halal di Indonesia agar mampu menjadi negara produsen halal terbesar di dunia.
Sayangnya, berdasarkan Indikator Ekonomi Islam Global pada 2019, Indonesia ada di di peringkat 4 setelah Malaysia, Singapura, dan Uni Emirat Arab.
“Merupakan suatu ekosistem yang perlu dibangun yaitu industri halal karena kita ingin menjadi negara yang produsen halal terbesar di dunia, karena potensi kita besar baik dari segi penduduk maupun potensi sumber ekonomi yang kita miliki itu sebenarnya kita mampu,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin ketika diwawancarai oleh redaksi Harian Kompas di Kediaman Resmi Wapres di Jl.Diponegoro no.2, Jakarta yang terbit pada Sabtu (26/06/2021). Tulisan ini diwartawakan ulang dari Setwapres.
Pada Kamis 24 Juni 2021 siang lalu, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra, memandu langsung wawancara khusus. Wapres bilang, Indonesia telah mengekspor banyak produk halal, namun tidak semua komoditi ekspor tersebut tercatat dengan baik.
Ada beberapa produk yang sebenarnya menggunakan bahan-bahan yang halal, namun tidak mencantumkan produk berlabel halal pada pencatatan ekspornya. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki dari segi kodifikasinya, agar ekspor produk tersebut tercatat sebagai produk halal.
“Walaupun sekarang sebenarnya baru kita nomor 4, tapi kalau kita teliti sebenarnya sudah lebih besar dari yang lain, karena beberapa komoditi ekspor kita itu tidak tercatat sebagai produk halal,” ungkap Wapres.
Di samping itu Wapres juga menyampaikan bahwa pemerintah berkomitmen untuk membangun Kawasan Industri Halal (KIH) maupun zona-zona halal, kemudian membenahi sertifikasi halal agar dapat diterima di semua negara tujuan ekspor, dan mendorong UMKM untuk dapat meningkatkan kualitas produknya, sehingga dapat mengekspor produk halalnya ke negara mayoritas muslim.
“Mendorong UMKM, kita bisa ekspor halal dan pemerintah membuka peluang ke negara-negara tujuan ekspor kita terutama negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim terutama anggota OKI (Organisasi Kerja sama Islam),” jelasnya.
Selain itu, dengan merger-nya tiga bank Himpunan Bank Negara (Himbara) Syariah seperti Mandiri Syariah, BNI Syariah dan BRI Syariah, Wapres menilai aset Bank Syariah Indonesia tersebut akan menjadi semakin besar sehingga dapat membiayai transaksi skala global, seperti membuka cabang di luar negeri dan dapat membiayai proyek-proyek internasional.
“Dia menjadi besar sehingga bisa membiayai bukan saja transaksi skala nasional besar, tetapi juga bisa yang sifatnya global dan akan membuka cabangnya di Dubai dan di negara lain sehingga kita bisa mampu juga membiayai proyek-proyek yang sifatnya internasional,” pungkasnya.