Djawanews.com – Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan Pilpres 2024 seharusnya digelar dua putaran. Kata Hasto, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD memperoleh suara 33 persen dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di bawah 50 persen menurut audit forensik.
Hanya saja Hasto menuding ada pihak yang memasang sistem untuk mengunci perolehan pasangan nomor urut tiga di Sirekap Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Sesuai hasil temuan audit forensik kami atas Sirekap KPU ternyata dipasang Json Script yang mengunci perolehan suara Ganjar-Mahfud,” kata Hasto dalam wawancara dengan Liputan6 yang dikutip Senin, 18 Maret.
Hasto menyebut audit forensik ini dilakukan pakar pada 16 Februari atau dua hari setelah pencoblosan 14 Februari lalu.
“Ketika ahli IT ini melakukan normalisasi terhadap Json Script pada tanggal 16 Februari jam 02.00 pagi itu, perolehan suara Ganjar-Mahfud 33 persen dan Prabowo-Gibran 43 persen,” tegasnya.
Hasil dari audit forensik ini disebut Hasto membuat Pilpres 2024 harusnya dilakukan dua putaran. Sebab, tak ada pasangan calon yang perolehan suaranya di atas 51 persen.
Selain digunakan Json Script di Sirekap KPU, Hasto juga menyebut formulir C1 bisa dimanipulasi dengan menggunakan algoritma tertentu. Apalagi, ketika diunggah dia masuk dalam format single frame.
“Jangankan single frame, video bergerak saja bisa dilakukan manipulasi dengan Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan. Apalagi single frame, makin mudah,” jelasnya.
Hal inilah yang membuat PDIP makin yakin adanya manipulasi sehingga menimbulkan manipulasi hasil pemilu. Apalagi, exit poll yang dilakukan di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di luar negeri menunjukkan Ganjar-Mahfud unggul dibanding Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka maupun Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
“Nah, saya mendapat informasi ketika exit poll seperti itu lalu muncul berbagai upaya untuk memastikan kemenangan satu putaran untuk paslon nomor urut 2 melalui manipulasi Sirekap itu,” ujar Hasto.
“Tapi ternyata dari hasil audit forensik perolehan suara Ganjar-Mahfud itu 33 persen. Jadi seharusnya Pemilu dua putaran, enggak ada logikanya satu putaran baik berdasarkan hasil pergerakan terutama setelah debat calon presiden dan calon wakil presiden yang memberikan preferensi terhadap Ganjar-Mahfud,” pungkas eks Anggota DPR RI itu.