Djawanews.com - Hasto PDIP menyindir partai politik yang suka melakukan impor. Sleain itu, Hasto juga menyinggung partai yang suka menunda untuk mendeklarasikan bakal calon presidennya untuk Pilpres 2024.
Hasto mengatakan PDIP tak cocok bekerja sama dengan partai yang suka impor tersebut. Namun dia tak mengungkap partai yang dimaksud.
"Kalau terhadap partai yang sukanya impor, nah ini enggak cocok buat PDI Perjuangan," kata Hasto di sekolah partai PDIP, Jakarta, Jumat (3/2).
Hasto menegaskan PDIP akan menjalin komunikasi dengan partai lain dalam menghadapi Pilpres 2024. Langkah ini dilakukan untuk mengejar target kemenangan 50 persen plus satu pada Pemilu 2024.
PDIP, lanjut dia, akan mempertimbangkan sejumlah aspek menjalin kerja sama dengan partai lain. Seperti ideologi, platform, hingga kesamaan cara pandang terhadap masa depan.
Di sisi lain, lanjut Hasto, kerja sama atau koalisi juga diperlukan untuk memperluas basis pemilih. Sebab, dia menegaskan syarat kemenangan presiden adalah jika memperoleh suara 50 persen plus satu.
"Nah kalkulasi untuk mencapai 50 persen plus satu itulah yang dilakukan oleh PDIP," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Hasto juga menyindir partai yang sudah memiliki calon presiden namun menunda-nunda pengumumannya. Baginya, langkah seperti demikian kurang bagus.
Meski demikian, Hasto enggan untuk mengungkapkan nama partai tersebut.
"Yang kurang bagus itu kan, kalau sudah ada calon tapi berusaha untuk menunda-nunda pengumuman calon, begitu ya yang kurang bagus," kata Hasto.
Hasto mengatakan partainya tidak merasa takut ketinggalan dengan partai lain untuk membentuk koalisi di Pilpres 2024. Dia mengatakan dalam hal yang wajar jika partai melakukan koalisi.
"Setiap partai dalam rangka pemilu 2024 melakukan berbagai pengerucutan itu hal yang wajar," kata dia.
Saat ini meski belum secara resmi, sudah tergambar peta koalisi untuk Pemilu 2024. Gerindra makin mesra dengan PKB dan membentuk Sekretariat Bersama (Sekber).
Gerindra menjagokan Prabowo Subianto sebagai bakal capres. Sementara PKB menjagokan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Keduanya digadang-gadang bakal jadi pasangan calon namun sejauh ini belum diumumkan.
Kubu koalisi lain adalah NasDem-Demokrat-PKS. Kerap menyebut nama Koalisi Perubahan, namun koalisi sendiri belum dideklarasikan secara resmi. Koalisi ini akan mengusung Anies Baswedan sebagai capres. Siapa pendampingnya diklaim akan ditentukan oleh Anies meski sebelumnya disebut sempat jadi ganjalan koalisi.
Koalisi yang sudah jauh-jauh hari terbentuk adalah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Golkar, PAN dan PPP. Namun siapa jagoan KIB belum diumumkan.
PDIP sebagai partai terbesar sekaligus satu-satunya parpol yang bisa mengusung paslon sendiri sejauh ini juga belum mengumumkan koalisi atau bakal calon presiden yang akan diusung.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.