Setelah beberapa wilayah di Indonesia alami hari tanpa bayangan, kini giliran Surabaya. Fenomena alam ini memang terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Bulan Oktober 2019, Indonesia mengalami salah satu fenomena alam yang jarang terjadi, yakni Kulminasi Matahari. Fenomena yang biasa disebut dengan hari tanpa bayangan ini terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Beberapa daerah telah mengalami fenomena ini, seperti misalnya Bogor dan Jepara yang terjadi tanggal 10 Oktober lalu. Tanggal 11 giliran daerah Madura, seperti Sumenep dan Bangkalan.
Untuk hari ini, tanggal 12 Oktober 2019, kulminasi matahari akan terjadi di Surabaya. Lalu di tanggal 13 Oktober akan terjadi di Cilacap, Purworejo, dan Kebumen.
Pengertian Hari Tanpa Bayangan secara Singkat
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengidentifikasikan kulminasi matahari sebagai sebuah peristiwa saat posisi matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa atau titik zenit. Karena posisi matahari di atas garis Khkhatulistiwa, bayangan tidak akan terbentuk.
Hari tanpa bayangan sendiri terjadi sebanyak dua kali dalam setahun. Periode pertama terjadi antara bulan Februari hingga April 2019. Sedangkan periode kedua terjadi bulan September hingga Oktober 2019.
Kulminasi matahari ditandari dengan suhu udara yang lebih panas dibanding hari biasanya. Hal itu wajar terjadi karena selain terjadi di musim kemarau, posisi matahari juga sedang berada tepat di garis khatulistiwa.
Hari Tanpa Bayangan di Surabaya
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto sempat memberikan penjelasannya. Dilansir dari Dilansir dari liputan6.com,Teguh mengungkapkan bahwa hari tanpa bayangan di Surabaya akan terjadi pada tanggal 12 Oktober pukul 11.15 WIB.
Saat terjadi fenomena alam tersebut, suhu udara di Surabaya akan meningkat sebanyak 0,5 hingga 1 derajat celcius dari biasanya, terutama saat siang hari. Biasanya, suhu Surabaya berada di angka 35 atau 36 derajat celcius.
“Kalau suhu tertinggi yang pernah terjadi di Surabaya 36,8 derajat celcius. Kalau sekarang tiga hari terakhir di Surabaya maksimum 35 derajat celcius. Suhu udara di kisaran 35-36 derajat celcius,” ungkap Teguh, Selasa (8/10/2019).
Teguh juga menjelaskan, wilayah Surabaya masih mengalami musim kemarau, belum masuk pancaroba. Saat posisi matahari berada di atas kepala, yang perlu diwaspadai adalah suhu panasnya. Secara tidak langsung, suhu panas dapat menyebabkan dehidrasi.
Setelah Surabaya, kulminasi matahari juga diprediksi akan dialami oleh kota Denpasar dan Kupang. Denpasar akan mengalami hari tanpa bayangan pada hari Rabu, 16 Oktober 2019 nanti pada pukul 12.04 WITA. Sedangkan wilayah Kota Kupang baru mengalami fenomena langka ini pada hari Minggu, 20 Oktober 2019 sekitar pukul 11.30 WITA.