Pemberihan penghargaan Nobel Sastra tahun 2018 dan 2019 dilakukan secara bebarengan karena adanya skandal yang menimpa anggota The Swedish Academy.
Akademi Swedia resmi menobatkan Penulis Asutria Peter Hendke sebagi peraih nobel sastra untuk tahun 2019 dan Novelis cum aktivis Polandia Olga Tokarczuk sebagai pemenang nobel sastra tahun 2018.
Penghargaan nobel tahun 2018 dan 2019 ini dilakukan secara bersamaan lantaran adanya skandal pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami dari salah satu anggota The Swedish Academy yakni Katarina Frostenson pada tahun lalu. Jean Claude Arnault sang suami, juga dituduh membocorkan nama tujuh pemenang nobel sebelumnya.
Kendati demikian, Arnault menolak semua tuduhan yang dilayangkan kepadanya. Selanjutnya Akademi Swedia lantas merubah susunan komite yang berwenang dengan menunjuk anggota baru serta mengubah beberapa peraturan.
Olga Tokarczuk, perempuan ke-15 yang meraih penghargaan Nobel Sastra
Ada sejumlah alasan yang membuat The Swedish Academy memilih Olga Tokarczuk sebagai peraih Nobel Sastra 2018. Salah satunya adalah cara olga merangsang imanjinasi pembaca.
“Karya-karya Tokarczuk mampu menarasikan imajinasi dengan banyak gairah ensiklopedia yang melampaui batas kehidupan,” ujar Akademi Swedia dikutip dari The Guardian.
Melalui tulisan-tulisannya, Tokarczuk juga sering melayangkan kritik tajam kepada pemerintah Polandia. Dia juga sering mengulas catatan gelap Polandia di masa lampau yang bertentangan dengan versi sejarah yang disampaikan oleh partai penguasa Law and Justice.
Karena sejumlah aktivitasnya itu, Tokarczuk kemudian menjadi penulis yang sangat kontoversial.
Namanya ramai diperbincangkan di Inggris setelah ia berhasil menyabet Man Booker Internasional Prize untuk novel keenamnya dengan judul Flight yang terbit pada tahun 2007, dan baru diterjemahkan di Inggris pasa tahun 2014.
Tokarczuk tercatat sebagai satu-satunya warga Polandia yang berhasil meraih penghargaan tertinggi di bidang sastra tersebut.
Anggota Komite The Swedish Academy Anders Olsson menilai, karya Tokarczuk terfokus pada migrasi dan perbedaan budaya, karyanya juga sangat cerdas dan cerdik.
Sementara itu, Peter Hendke dianggap layak mendapatkan hadiah nobel karena “sebuah Karya berpengaruh dengan kecerdasan linguistik yang telah mengeksplorasi batas dan kehususan pengalaman Manusia,” ungkap The Swedish Academy.
Penghargaan nobel bagi Hendke sendiri terbilang ironis, mengingat di tahun 2014 lalu, Hendke menyerukan agar penghargaan Nobel Sastra ditiadakan karena penulisnya membawa kanonisasi ecek-ecek.
Kendati demikian, Akademi menilai, Hendke telah membuktikan dirinya sebagai salah satu penulis yang paling berpengaruh setelah perang dunia kedua.
“Karya-karyanya dipenuhi dengan keinginan kuat untuk menemikan dan membuat penemuannya menjadi hidup dengan menemukan ekspresi sastra baru,” ujar The Swedish Academy.
Adapun karya-karya peter Hendke yang terkenal antara lain Short Letter, Long Farewell, buku-buku puisi dengan tajuk The Innerworld or the Outerworld of the Innerwolrd, dan A Sorrow Beyond Dream yang mengisahkan ibunya yang bunuh diri pada tahun 1971.
Tokarczuk dan Hendke telah mengonfirmasi kepada The Swedish Academy, akan menghadiri upacara pemberian hadiah di Stockholm pada 10 Desember 2019.
Tokarczuk tercatat sebagai perempuan ke-15 yang berhasil menyabet penghargaan bergengsi dari 116 peraih Nobel Sastra sejak 1901.