Djawanews.com – Penceramah Habib Bahar Smith yang terjerat kasus penyebaran informasi bohong alias hoaks mengaku tetap meminta jemaah mencintai Tanah Air atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam ceramahnya di Bandung yang berujung ke pengadilan.
Menurut Habib Bahar, jemaah tidak akan terprovokasi dengan seruannya untuk melawan kezaliman, karena sebelumnya telah menanamkan pada jemaahnya untuk mencintai NKRI.
"Saya meletakkan di hati mereka untuk cinta tanah air. Cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman. Maka, barang siapa yang tidak punya cinta tanah air, tidak beriman. Jadi, itu penguatan kembali, NKRI dan UUD itu harga mati," kata Bahar di PN Bandung, Jawa Barat, dikutip dari Antara, Kamis 21 Juli.
Ia menegaskan, Indonesia merupakan negara konstitusi yang menjamin kebebasan menyampaikan aspirasi dengan demo atau aksi untuk menasihati pemerintahan. Namun, jika ada kebijakan pemerintah yang bagus, menurut dia, juga jangan terlupakan.
"Dari situ mereka bisa paham, berarti kita melawan kezaliman. Akan tetapi, kalau tidak ada kezaliman, ya, tidak perlu," kata Habib Bahar.
Habib Bahar pun menganggap sejauh ini ceramahnya yang berujung duduk di kursi pesakitan itu tidak menyebabkan jemaah terprovokasi.
Terdakwa lantas mencontohkan jemaah bakal terprovokasi jika dirinya memimpin langsung sebuah pergerakan. Seperti kasus Priok (makam Mbah Priok), semua terprovokasi, misalnya dia yang memimpin.
"Seperti kasus Ahmadiyah, saya memimpin langsung. Itu semua jemaah enggak perlu saya suruh. Ketika saya memimpin, semuanya langsung maju," kata Bahar.
Habib Bahar mengaku selalu mengutuk perbuatan terorisme yang tidak sepaham dengan dirinya.
Ia menilai pelaku terorisme memiliki pemahaman yang sempit tentang istilah tagut.
"Saya pernah debat dengan Abu Bakar Ba'asyir (eks narapidana terorisme), saya debat tentang tagut ketika saya berceramah tentang NKRI," katanya.