Dilansir dari blog.netray.id: Imbas dari deklarasi Anies Baswedan sebagai calon presiden Partai Nasdem adalah pengunduran diri sejumlah kader partai. Niluh Djelantik menjadi kader Partai Nasdem pertama yang menyatakan diri untuk mundur dari partai. Lantas bagaimana perkembangan wacana tersebut pada beberapa hari setelahnya?
Netray Media Monitoring melakukan pemantauan berita yang terbit secara daring untuk melihat bagaimana framing media massa terkait isu tersebut. Selain itu Netray juga memantau linimasa medsos Twitter untuk membaca respon warganet dalam menyikapi isu yang menerpa partai Nasdem.
Menggunakan kata kunci “nasdem && mundur” dan “kader && nasdem” ditemukan 189 artikel yang berhasil dikumpulkan Netray selama periode 30 September – 6 Oktober 2022. Setidaknya ada 47 kantor berita daring mengunggah isu tersebut yang sebagian besar ditulis ke dalam kategori Politik.
Topik pengunduran diri kader Partai Nasdem mulai santer diberitakan sejak tanggal 4 Oktober 2022 atau sehari setelah deklarasi partai. Pada hari itu, wacana yang tersaji di hadapan publik adalah keputusan Niluh untuk keluar partai serta tanggapan petinggi partai Nasdem.
Melalui Wasekjen Herman Taslim, Partai Nasdem merasa tidak khawatir atas pengunduran diri Niluh Djelantik. Herman justru yakin jika partai akan mendapatkan banyak kader baru nantinya. Ditambah lagi Herman merasa bahwa selama berada di partai Niluh tidak banyak berkontribusi.
Pernyataan Herman mungkin ada benarnya, tetapi perlu dikoreksi sedikit. Pasalnya setelah pengunduran Niluh, terdapat kader lain yang mengundurkan diri yakni dari DPD Nasdem Kalimantan Barat Andreas Acui Simanjaya. Andreas yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kalbar ini mundur dengan alasan pribadi.
Selain itu dua pengurus Nasdem dari Jawa Tengah juga mengajukan pengunduran diri. Di antaranya yakni Sekretaris Pemuda NasDem Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Kota Semarang, Hanandityo Narendro dan Wakil Sekretaris DPD Partai NasDem Kota Semarang, Shafiq Pahlevi Pontoh.
Media massa daring cukup berimbang kala memberitakan topik ini. Terpantau dari perbandingan sentimen berita yang terbit selama periode pemantauan, terlihat bahwa berita dengan sentimen positif terindeks sebanyak 83 artikel. Sedangkan berita dengan sentimen negatif ditemukan sebanyak 63 artikel.
Respon Warganet Twitter atas Topik Pengunduran Diri Kader Partai Nasdem
Respon yang berbeda ditampilkan warganet Twitter. Sentimen negatif terpantau lebih mendominasi perbincangan. Terdapat 2.743 twit dengan sentimen negatif yang berhasil dikumpulkan Netray. Jauh melampaui 823 twit lainnya dengan sentimen positif.
Sentimen negatif mengalir dari twit milik akun @Syarman59, @adjisdoaibu, dan @deditlaumbanu4. Akun @Syarman59 menginformasikan pengunduran diri sejumlah kader partai termasuk Prof. Romli Atmasasmita, guru besar Universitas Padjadjaran. Pihaknya juga mempertanyakan apakah anggota kabinet Presiden Joko Widodo dari partai tersebut akan mengundurkan diri juga.
Twit parodi dari akun miliki komika @adjisdoaibu meraup impresi tertinggi kedua dari daftar Top Accounts. Ia berkelakar bahwa dengan dipilihnya Anies Baswedan sebagai calon presiden yang diusung Partai Nasdem tidak membuatnya mundur dari partai. Pasalnya, dari awal Adjis bukan anggota partai dan dia hanya ingin menjual mobil.
Twit dengan intonasi yang lebih serius kembali ditampilkan akun terpopuler ketiga yakni @deditlaumbanu4. Akun tersebut membuat provokasi ke khalayak dengan menyebut Anies sebagai bapak politik identitas dan menilai pencalonan tersebut memberi efek negatif sehingga Partai Nasdem ditinggal kader-kadernya.
Wacana yang cenderung negatif di Twitter ini terhitung memiliki audiens yang masif. Selain mendapat total impresi sebesar 1,2 juta kali, kata kunci perbincangan juga secara potensial dapat menjangkau 87,3 juta akun Twitter berbahasa Indonesia.
Mundurnya kader karena tak lagi sepakat dengan partai bukanlah hal baru di dunia politik Indonesia. Hampir semua partai besar di Indonesia pernah mengalami hal ini. Tak hanya mundur, sejumlah kader bahkan melompat pagar ke partai yang lainnya. Fenomena ini menegaskan idiom bahwa tidak ada kawan dan lawan yang abadi di politik.
Demikian hasil analisis Netray, simak analisis terkini lainnya melalui https://analysis.netray.id/
Editor: Winda Trilatifah