Djawanews.com – Ekonom senior, Faisal Basri mengatakan Indonesia menjadi budak China dari hasil era kepemimpinan Jokowi selama 7 tahun ini. Ia juga menyoroti terkait smelter nikel di Indonesia.
Menurutnya Faisal, smelter nikel di Indonesia sudah berada di tahap yang mengerikan. Hal tersebut dikarenakan banyak pengusaha asing dari China yang menguasai smelter nikel di Indonesia.
Padahal, maksimum pengusaha asing untuk mempunyai smelter nikel di Indonesia hanya sebanyak 40 persen.
“Aturan mengatakan pengusaha asing itu menguasai tambang 40 persen, mereka 100 persen, siapapun menurut saya asing, negara manapun tidak boleh,” kata Faisal di Youtube Hersubeno Point.
Dampak dengan banyaknya smelter nikel yang dimiliki oleh para pengusaha asing inilah yang akhirnya membuat rakyat Indonesia tidak bisa mengekspor nikel ke luar negeri.
“Sekarang ini harga di luar negeri 80 dollar per ton bijih nikel itu, kira-kira berapa rakyat dapet kalau dijual ke mereka itu,19 dollar” ujar Faisal Basri.
Indonesia Jadi Budak China, Rakyat Sulit Ekspor Nikel Jadi Buktinya
Faisal Basri juga menjelaskan terkait adanya HPM (harga patokan mineral) jika rakyat akan mengekspor bijih nikel ke luar negeri.
Adanya HPM ini justru dinilai sangat merugikan karena akan membuat harga jual nikel menjadi turun drastis karena banyaknya biaya yang dikeluarkan.
“HPM nya biasanya ditentukannya 30, tapi nanti ada ongkos angkut, macem-macem terus ada afiliasi,harga nikelnya 1,7 apa enggak, kalau dibawah 1,7 itu penalti, tapi udah sampai nih ke pabrik, kan yang punya nikel ini gak mau dong bawa pulang lagi, ongkos lagi keluarin duit,” jelas Faisal Basri.
“Jadi itu barang afkiran tapi dipake juga sama mereka, jadi ini biadap udah, harus segera diungkap, dan setahu saya yang selalu membela pak Luhut, jadi tinggal dibuka, ini, deal-deal nya gimana,” sambungnya.
Lebih lanjut, Faisal Basri meminta agar misi terkait smelter nikel ini bisa segera diungkap agar tak terus merugikan Indonesia. Karena jika diteruskan, Faisal Basri menganggap bahwa Indonesia menjadi budak China untuk mendongkrak industrinya.
“Ini keterlaluan udah, pak Jokowi pas pidato ngebela-bela juga, wah ekspor nikel , devisa kita naik, padahal devisanya naik kesana semua,” ucap Faisal.
“Saya merasa Indonesia menjadi budak China untuk menopang industri di sana, jadi jangan bicara tentang kedaulatan negeri kalau nikel ini tidak kita tuntaskan segera,” sambungnya.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.