Djawanews.com - Kabar duka lagi datang dari Indonesia. Ekonom senior Indonesia Christianto Wibisono berpulang sore tadi, Kamis, 22 Juli.
Wakil Presiden ke-11 RI Boediono juga menyampaikan duka mendalam atas kepergian anggota Komite Ekonomi Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Mas Christianto Wibisono. Rest in peace," tulis Boediono di akun Twitternya.
Putri Christianto Wibisono, Astrid menjelaskan kalau ayahnya meninggal 17.05 tadi. Kepergian ayahnya itu hanya berselang satu hari sebelum orangtuanya Astrid itu memasuki Hari Pernikahan Emas yang ke-50. Christianto Wibisono meninggal pada usia 76 tahun karena sakit.
Politis Akbar Faizal juga mencuit ucapan duka cita. Pria yang dulu getol membongkar kasus Bank Century ini bilang meski sering adu argumen, tapi dia dan Christianto saling menghormati.
"Selamat jalan Pak Christianto Wibisono. Kita tidak selalu bersepakat utk bbrp hal. Berhadap-hadapan keras pada Kasus Bank Century. Tapi kita tetap saling menghormati dan bersepakat pada banyak hal pula. Bbrp minggu lalu kau kirim buku terbarumu. Saya kehilangan Pak Chris," tulis dia.
Selamat jalan Pak Christianto Wibisono. Kita tidak selalu bersepakat utk bbrp hal. Berhadap-hadapan keras pada Kasus Bank Century. Tapi kita tetap saling menghormati dan bersepakat pada banyak hal pula. Bbrp minggu lalu kau kirim buku terbarumu. Saya kehilangan Pak Chris. 😭😭😭
— Akbar Faizal (@akbarfaizal68) July 22, 2021
Dikutip dari wikipedia, Christianto Wibisono atau Oey Kian Kok (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 10 April 1945. Dia adalah analis bisnis terkemuka di Indonesia, pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) 1980.
Awal kariernya adalah menjadi penulis di surat kabar yang diterbitkan oleh Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) bernama Harian KAMI yang terbit perdana 18 Juni 1966. Pada tahun 1971, bersama Gunawan Muhammad, ia juga turut menjadi pendiri mingguan Ekspres yang kemudian menjadi cikal bakal majalah Tempo.
Pada Kerusuhan Mei 1998 rumah putrinya di Pantai Indah Kapuk dibakar dan dijarah. Dia lalu pindah ke sebagai lobbyist kepentingan Indonesia di Washington DC. Lalu kembali ke Indonesia menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007-2010).