Djawanews.com – Nama mantan Menteri Kesehatan dokter Terawan Agus Putranto menjadi sorotan usai dirinya dikeluarkan dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Pemecatan ini semakin menunjukkan adanya konflik lama antara dr Terawan dengan IDI. Seperti diketahui dr Terawan sejak lama diserang dokter rekan sejawat IDI soal metode pengobatan yang dinamai 'cuci otak' DSA.
Namun Terawan tidak pernah melawan rekan sejawat di IDI yang menyerangnya sana sini bertubi-tubi. Terungkap hal itu disebabkan mereka yang menuduhnya tidak tabayyun atau klarifikasi langsung kepadanya.
Hal itu disampaikan Terawan kepada teman sekolahnya bahwa percuma menjelaskan kepada dokter rekan sejawat yang menyerang dan mengkritik metode pengobatannya karena mereka juga tidak datang menemuinya.
"Bagaimana caranya aku harus menjelaskan kepada mereka? Sudah banyak dokter, yang notabene teman sejawat, bicara di media massa dan menulis di medsos menuduh metode pengobatanku salah tanpa sekalipun bertemu dan bicara terlebih dulu denganku," curhat dokter Terawan ke teman sekolahnya sesama SD, dikutip dari Facebook Dwikoen Sastro, Senin 28 Maret.
Akun Facebook itu mengaku sebagai teman SD dari dokter Terawan. Dokter Terawan berkata demikian saat ditanyai teman sekolahnya dalam sebuah reuni kecil di rumah makan Adem Ayem Solo pada awal 2022.
Dokter Terawan melanjutkan curhatnya, belum pernah ada satu rekan sejawat pun yang menuduhnya itu, menemuinya dan mendiskusikan langsung soal metode pengobatan 'cuci otaknya'.
"Mereka tidak kenal aku, belum pernah bertemu denganku tapi sudah seenaknya menghakimiku melalui media massa dan media sosial. Mereka sudah membentuk opini publik dengan berbagai tuduhan yang intinya menyalahkanku," kata dokter Terawan.
Karena diperlakukan seperti itu, dokter Terawan enggan meladeni serangan dan kritikan dari IDI.
"Tidak ada gunanya aku datang memenuhi panggilan IDI karena yang bakal terjadi adalah aku akan lebih dihakimi," kata dia.
Selain itu, dokter Terawan menegaskan hanya patuh pada atasannya sebagai dokter militer, yakni komandannya.
Makanya perintah dari IDI bagi dokter Terawan, bukan sebuah perintah dari komandan. IDI bukan atasannnya.
"Sebagai dokter militer aku harus tunduk pada komandanku. Aku tidak bisa begitu saja ke sana ke mari tanpa seijin komandanku. Kalau komandanku tidak mengijinkan aku tidak bisa melanggar. Tentara harus mutlak setia pada komandannya," kata dokter Terawan.
Karena itulah, dokter Terawan lebih memilih fokus dengan pekerjaannya menyembuhkan pasien yang datang berobat kepadanya daripada meladeni IDI.
Selain itu, dokter Terawan menegaskan baktinya untuk mengembangkan bakti rumah sakit tentara untuk berkontribusi bagi masyarakat.
"Yang lebih utama, sebagai dokter tentara aku diberi tugas oleh pimpinan berkolaborasi dengan dokter tentara lain untuk menghidupkan seluruh Rumah Sakit Tentara se Indonesia agar RST tidak hanya melayani tentara dan keluarganya tapi juga mampu melayani masyarakat umum dengan memuaskan," kata Terawan.
Menurutnya, tugasnya di rumah sakit tentara sangat berat dan tidak mudah, untuk itu Terawan mengakui harus mempunyai energi dan fisik yang prima untuk mendatangi rumah sakit tentara di seluruh Indonesia.