Djawanews.com – Sebagai wujud dari pengembangan dan implementasi nilai-nilai luhur, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta kembali menyelenggarakan Pergelaran Wayang dengan Lakon “Gatotkaca Wisudha”.
Acara yang digelar pada 17 Juni 2023 di Teras Malioboro 2 ini, didalangi oleh Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Cermo Proboprayitno. Beliau merupakan seniman dalang legendaris sekaligus abdi dalem Kraton Yogyakarta yang ditunjuk sebagai kepala sekolah dalang atau kepala pamulangan dhalang Habirandha Yogyakarta. Pergelaran wayang dibuka dengan dengan aksi pepucuk dari dalang cilik Alfariel Augusto W. Lalu diselingi dengan penampilan spesial dari Nofi Kalur, Lisa Cempluk, dan Agus Kentus.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, S.Sos., M.M., Jum’at (16/6) di ruang kerjanya menjelaskan bahwa pemilihan lakon Gatotkaca Wisudha dikarenakan kisahnya yang mengandung nilai-nilai perjuangan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan. Dikisahkan dalam cerita tentang suksesi Negeri Pringgodani sepeninggal Prabu Arimba. Ambisi Prabu Duryudana dari Astina untuk menyatukan negaranya dengan Pringgodani, digagalkan dengan pengangkatan Gatotkaca menjadi raja. Rombongan Kurawa yang tidak terima dengan pengangkatan tersebut membuat kekacuan dengan menimbulkan peperangan. Namun dapat dilerai oleh Batara Narada dan pasukan lainnya berhasil diatasi oleh Pandawa. Diwisudanya Gatotkaca sebagai raja Pringgodani telah memulihkan kembali keadaan kerajaan seperti semula.
Terselenggaranya Pergelaran Wayang lakon “Gatotkaca Wisudha” berkat kerjasama antara Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta dengan PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) Kota Yogyakarta. Pergelaran wayang kali ini merupakan pergelaran wayang pertama yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta di tahun 2023. Akan ada beberapa pergelaran wayang lagi di bulan-bulan selanjutnya selama 2023.
Tidak hanya sekedar pementasan seni, kegiatan Pergelaran Wayang memberikan ruang bagi seniman lokal untuk mengungkapkan ekspresi seninya dan mendorong kreativitas seniman dalam berkarya. Hal tersebut menjadi bentuk kepedulian pemerintah terhadap pelestarian budaya bangsa untuk terus hidup menyala di tengah gelombang budaya urban yang menggerus keberadaan kesenian pewayangan.
Penyelenggaraan acara ini secara periodik di tempat-tempat umum dengan durasi wayang yang dipadatkan, diharapkan dapat menjadi salah satu jalan untuk mendekatkan wayang ke publik. Di sisi lain, kemudahan masyarakat umum untuk menonton pergelaran wayang wayang juga menjadi titik tengah untuk mengangkat kembali tradisi wayang. Besar harapan pemerintah dengan terselenggaranya Pergelaran Wayang dapat menarik minat generasi saat ini untuk belajar mengenai seni pewayangan yang mengandung bahasa lakon, pesan sosial, serta ajaran wayang dengan nilai-nilai adiluhungnya. (rika)