Dilansir dari blog.netray.id: DKI Jakarta sepertinya selalu dirundung permasalahan, salah satunya ialah yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan. Kali ini pencemaran paracetamol yang terjadi di perairan Teluk Jakarta telah menambah deretan permasalahan lingkungan. Hal tersebut menjadi PR penting bagi pemerintah untuk mengurangi pencemaran serta memperoleh solusi penanganan pencemaran dengan baik.
Kandungan paracetamol yang berada dalam perairan teluk Jakarta menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional diduga karena gaya hidup manusia. Mengutip dari Suara, BRIN memaparkan bahwa gaya hidup publik dapat menjadi salah satu faktor adanya limbah paracetamol di perairan teluk Jakarta tersebut. Peneliti Oseanografi BRIN, Zainal Arifin mengatakan bahwa masyarakat kurang mendapat edukasi tentang pengolahan limbah farmasi rumah tangga sehingga obat kadaluarsa tidak dikelola serta dibuang sembarang atau instalasi pengelolaan air limbah tidak berjalan optimal. Lalu bagaimana kandungan paracetamol dapat mencemari perairan teluk Jakarta?
Menurut hasil riset BRIN yang dibuat Dr. Wulan Koagouw (BRIN, UoB), Prof. Zainal Arifin (BRIN), Dr. George Olivier (UoB), dan Dr. Corina Ciocan (UoB) sebanyak 60-80 persen limbah paracetamol berasal dari daratan tidak hanya Jakarta dan sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang berhilir ke wilayah utara Jakarta. Parameter paracetamol terdeteksi di dua tempat yakni muara sungai Angke sekitar 610 ng/L dan muara sungai Ciliwung Ancol 420 ng/L. Jumlah kandungan paracetamol yang cukup tinggi meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan dan kehidupan biota laut di Teluk Jakarta.
Sorotan Media Pemberitaan Terkait Pencemaran Paracetamol
Sedikit pemaparan tentang pencemaran paracetamol di atas, Netray tertarik melihat bagaimana media menyoroti limbah paracetamol tersebut. Pemantauan dilakukan sejak awal bulan dengan periode 1-18 Oktober 2021.
Hasilnya pemberitaan yang mengangkat pencemaran paracetamol yakni sebanyak 343 total berita dari 43 portal media. Sebanyak 73% pemberitaan didominasi dengan kategori health & lifestyle dan 24% pemberitaan pencemaran paracetamol berkategori government. Kemudian pergerakan grafik pemberitaan paling banyak terjadi pada awal bulan dan menurun di akhir periode pemantauan.
Pencemaran paracetamol didominasi dengan berita bersentimen negatif. Berita terkait dampak menjadi topik utama yang banyak disorot oleh beberapa media. Sebab dampak dari pencemaran tersebut mempengaruhi kesehatan dan keberlangsungan makhluk hidup.
-
Contoh Artikel Dampak
Pencemaran paracetamol yang terjadi di teluk Jakarta membawa dampak negatif manusia dan juga seluruh biota laut di dalamnya. Berdasarkan artikel diatas, nelayan mengalami kerugian karena kualitas ikan menurun akibat pencemaran. Kemudian mengutip dari Republika, Prof Etty Riani Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB berpendapat bahwa paracetamol dapat memberi dampak langsung maupun jangka panjang. Terpapar atau mengkonsumsi paracetamol secara berlebihan dapat merusak organ tubuh manusia. Akan tetapi, pendapat Prof Etty tersebut memerlukan penelitian lebih mendalam lagi.
Solusi Pencemaran Paracetamol di Teluk Jakarta
Solusi untuk kasus pencemaran lingkungan ini ditawarkan dari peneliti Oseanografi LIPI-BRIN, Wulan Koagouw. Ia memberikan sebuah solusi untuk mereduksi paracetamol yang mencemari teluk Jakarta dengan teknologi penanganan limbah canggih.
Mengutip dari Kumparan, selain menggunakan teknologi penanganan limbah yang canggih, masyarakat juga perlu menyesuaikan gaya hidup dengan mengurangi konsumsi obat-obatan seperti paracetamol. Selain itu, pemberian sosialisasi tentang cara pengolahan dan penanganan limbah juga diperlukan agar pembuangan limbah rumah tangga berupa paracetamol lebih terstruktur. Peran pemerintah sangat dibutuhkan agar penanganan pencemaran paracetamol di Indonesia semakin baik kedepannya.
Lalu, Seperti Apa Indeks Kualitas Air di Indonesia?
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Jakarta
Apabila dilihat dari grafik Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, indeks kualitas air di perairan teluk dalam kurun waktu 2011-2020 tergolong pada kondisi baik. Kemudian di tahun 2020, kualitas air dari masing-masing stasiun yang mewakili aliran dari beberapa muara disekitar teluk Jakarta mengalami penurunan. Parameter fosfat, minyak, dan kekeruhan membuat kualitas air di teluk berstatus sedang.
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Jakarta
Kemudian dalam laporan kualitas air DLH Jakarta juga terdapat indeks kualitas air dari masing-masing muara di sekitar teluk Jakarta tahun 2020. Dari Tabel di atas terlihat bahwa kualitas air di muara mayoritas berkategori kurang hingga sedang. Kualitas air di muara-muara tersebut belum mengalami peningkatan menjadi kategori baik.
Opini Netizen tentang Pencemaran Paracetamol
Sementara itu, dari pantauan media sosial Twitter topik paracetamol tidak begitu menarik impresi warganet. Akan tetapi, topik pencemaran paracetamol ini mencapai jangkauan yang luas karena pertama kali diangkat oleh akun berita @kumparanplus.
Apabila dilihat dari statistik di atas, angka potential reach yang dijangkau oleh topik limbah paracetamol menyentuh angka jutaan. Kemudian selama pemantauan dengan periode 1-18 Oktober 2021, pencemaran paracetamol telah diperbincangkan sebanyak 1,138 tweets. Perbincangan tersebut didominasi dengan opini warganet bersentimen negatif hampir 48% dari total keseluruhan tweets.
Opini sindiran dari warganet banyak memenuhi linimasa topik perbincangan paracetamol. Warganet mengungkapkan ketika sakit atau demam tidak perlu mengonsumsi obat cukup berendam di teluk Jakarta karena sudah mengandung paracetamol penurun demam. Selain bernada sindiran, warganet juga menuliskan pendapat dengan sentimen positif.
Sebagian warganet berpendapat bahwa adanya musibah limbah paracetamol ini dapat dijadikan momentum untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan menjaga alam. Oleh karena itu, peran aktif masyarakat dalam mengelola limbah sampah obat diperlukan agar dapat mengurangi pencemaran.
Dampak yang terjadi dari pencemaran paracetamol ini membahayakan ekosistem di luar teluk maupun biota laut yang berada di dalamnnya. Penanganan pencemaran lingkungan ini memang sudah lama menjadi PR pemerintah. Menurunnya kualitas air juga menjadi fokus utama bagi beberapa organisasi terkait. Dinas Lingkungan Hidup, DPR beserta Pemprov DKI harus memutuskan kebijakan tegas dalam menangani pencemaran lingkungan termasuk limbah paracetamol. Ditambah dengan dukungan penuh dari masyarakat maka kualitas air di Jakarta akan semakin membaik seiring berjalannya waktu. Demikian analisis Netray.