Djawanews.com - Anggota Komisi DPR RI I Sukamta menekankan kepada jajaran Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI memperhatikan dengan serius infrastruktur penyiaran agar tayangan TVRI dapat dinikmati seluruh kalangan masyarakat, tidak hanya yang tinggal di perkotaan tetapi juga dapat menjangkau masyarakat di pedesaan.
Selama ini, menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut, tayangan siaran TVRI masih belum bisa menjangkau hingga pedesaan. Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Direktur Utama TVRI dan Dewan Pengawas TVRI di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta pekan lalu.
"Saya ingin mengeluhkan kondisi di daerah pemilihan saya di Yogyakarta. Selama ini siaran TVRI sulit ditangkap walaupun di perkotaan apalagi di desa-desa pegunungan. Jadi kalau saya setel TV di rumah itu yang ada semutnya (buram) banyak banget. Pakai antena segala macem digeser-geser nggak keterima juga padahal saya tinggal di perkotaan," keluh legislator dapil DI Yogyakarta ini.
Sukamta meminta TVRI untuk dapat memastikan siaran TVRI betul-betul dapat dinikmati masyarakat di seluruh Indonesia.
"Karena di TVRI ini harus diakui audience-nya cukup besar orang yang menikmati. Siaran televisi TVRI masih salah satu favorit baik di pusat maupun daerah, kami punya acara-acara unggulan di Yogya itu yang sangat digemari," tambah Sukamta.
Anggota Komisi I DPR RI Itet Tridjajati Sumarijanto juga mengeluhkan hal yang sama. Ia menilai, siaran TVRI di wilayah pedesaan masih sulit ditangkap. Sehingga Itet meminta TVRI dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) nantinya dapat berkoordinasi untuk meningkatkan infrastruktur penyiaran tersebut.
"(Siaran) TVRI untuk ke desa-desanya itu sulit ditangkap. Mungkin (TVRI) bisa berkoordinasi juga dengan Kominfo bahwa ini perlu ditingkatkan. karena menurut saya, kalau memang kita ingin (TVRI) menjadi mendunia, tayangannya perlu yang kreatif dan milenial pak," ungkap politisi Fraksi PDI-Perjuangan tersebut.
Selain itu, Itet juga menyarankan TVRI agar dapat lebih kreatif dalam membuat tayangan seperti dengan membuat film yang berbasis national pride dengan mengangkat kisah-kisah pejuang masa lalu.
"Menurut anak-anak milenial yang saya mendapat masukan, mereka lebih suka menonton yang ada tontonannya, bukan sekedar liat oh ini Jenderal Sudirman siapa, tapi ada film-film yang menyentuh dan memberi inspirasi, edukatif dan mempunyai unsur moral juga ada infotainment-nya itu kita harapkan seperti itu," tutupnya.