Di beberapa wilayah di Indonesia sudah mulai tekena dampak musim kemarau.
Dampak musim kemarau sudah dirasakan di sebagian besar wilayah di Indonesia. Faktor ekonomi dan pangan adalah dampak yang mulai dirasakan, selain kekurangan air bersih.
Dampak Musim Kemarau di Beberapa Wilayah
Disarikan dari Detik.com, berikut ini beberapa lokasi di Indonesia yang terdampak musim kemarau.
- Petani Jepara yang Membutuhkan Modal banyak
Dampak kemarau sangat dirasakan dari sektor pertanian, dibuktikan sejumlah petani di Kabupaten Jepara saat ini tengah kebingungan mendapatkan pasokan air untuk pengairan sawah.
Kekurangan air membuat para petani terpaksa menganggur atau harus mengeluarkan modal lebih ketika memilih tetap bertani. Pada masa tanam padi ini para petani mengaku kesulitan mendapatkan air.
Para petani yang tetap nekat bertani, diharuskan mengairi sawah mengunakan mesin pompa air. Hal tersebut dikarenakan mayoritas sawah di Jepara adalah sawah tadah hujan, yang mengandalkan hujan sebagai sumber pengairan.
Apabila menggunakan mesin pompa yang bersumber dari sumur bor, untuk operasionalnya membutuhkan dana besar. Dalam semalam membutuhkan bahan bakar Rp 400 ribu. Padahal untuk mengairi satu hektar sawah membutuhkan empat malam.
Faktor mahalnya biaya operasional tersebut, membuat banyak petani yang memilih untuk menganggur. Saat ini sekitar lebih dari 80 persen petani menganggur karena kesulitan mendapatkan pasokan air.
- Warga Sragen Mengais Air Sungai
Sragen adalah wilayah lain di Jawa Tengah yang terdampak kekeringan. Hal tersebut membuat warga menggali dasar sungai yang kering untuk mendapatkan air guna kebutuhan harian.
Salah satu wilayah terparah akibat musim kemarau adalah Dusun Glagah, Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Sragen. Sudah dua bulan terakhir ini sumur warga mengalami kekeringan, lantaran hujan yang belum kunjung turun.
Saat ini warga memanfaatkan dasar Sungai Glagah untuk mendapatkan air. Mereka membuat lubang dengan diameter 50 cm, dengan kedalaman tak sampai satu meter untuk mendapatkan pasokan air.
- Warga Blitar Terpaksa Konsumsi Air Kotor
Akibat kekeringan, sekitar 50 kepala keluarga di Blitar Selatan terpaksa mengkonsumsi air kotor dan berbau. Hal tersebut dikarenakan wilayah tersebut tidak pernah mendapatkan pasokan air dari BPBD.
Warga yang tidak mampu membeli air bersih tersebut, harus berjalan kaki sejauh dua kilometer menuju sumber mata air terdekat. Puluhan kepala keluarga tersebut adalah warga RT 29 dan RT 33, Desa Tugurejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar.
Ironisnya, akibat dampak musim kemarau mata air di sumber tersebut semakin sedikit dan bahkan berbau. Saat ini harga air bersih satu penampungna air dengan kapasitas 250 liter dijual dengan harga Rp 80 ribu.