Djawanews - Gubernur DKI, Anies Baswedan mengunggah aktivitasnya mendatangi TPU Khusus Covid-19. Anies saat itu hanya memakai masker tanpa pelindung optimal dari APD.
"Hari ini rekor pemakaman selama wabah Covid-19 di DKI: 180 jenazah dikuburkan dengan prosedur Covid-19. Lahan baru di Rorotan ini ukurannya 3 Ha, khusus Covid," tulis Anies di akun media sosialnya, Rabu 23 Juni.
Di salah foto yang dibagikan, Anies sedang melihat liang lahat yang sudah diisi peti mati dari dekat. Sedangkan di sekitar Anies, petugas pemakaman terlihat memakai APD super lengkap.
"Meskipun luas, tolong jangan sampai dipenuhi. Ya, jangan sampai penuh, jangan diisi jenazah seperti hari ini lagi. Cukup, cukup sudah. Kita tak ingin melihat lebih banyak lagi wajah duka," lanjut Anies.
Anies saat itu bertemu dengan seorang perempuan yang sedang berjongkok di sisi kiri gundukan tanah kuburan yang masih basah. Jenazah suaminya yang berusia 54 tahun baru saja dikuburkan. Ibu itu tak berhenti bertutur atas kehilangannya.
“Dia itu minggu lalu masih sehat-sehat Pak, terus kena covid, terus...” kalimatnya putus, meledak jadi tangis.
Anak lelakinya terdiam memegang pundak ibunya. Anak perempuannya jongkok di sisi kanan. Menunduk.
Seorang bapak berdiri memandang satu kuburan yg juga masih basah. “Istri saya, Pak. Minggu lalu masih sehat. Cuma sakit perut terus drop, Pak. Kena covid,” begitu katanya. Mata kami bertatapan. Tak perlu kata-kata. Hening dan mata basah itu sudah cukup pesannya. Duka itu tak terkira dalamnya.
Jongkok lama, pundaknya tergoncang-goncang. Saya tunggu di belakangnya. Tak berapa lama ia bangun dan berbalik. “Saya dari Bandung, Pak. Ini Bapak saya. Minggu lalu masih sehat. Sekarang semua hilang, Pak,” jelasnya dalam kalimat yang tersendat-sendat.
Tiga jenazah berderet itu dikuburkan hampir bersamaan. Setelah liang kubur ditutup, keluarga inti diberi waktu berdoa sejenak, lalu harus ke luar area pemakaman. Itulah akhir pengantaran mereka pada keluarganya.
"Datangi pemakaman dan lihatlah kenyataan. Kematian itu tak sekadar angka statistik. Tapi tentang saudara kita, orang-orang yang tadinya masih sehat, masih berkumpul dengan keluarga tercinta. Kini mereka dipisah selamanya. Ingatlah, bahwa setiap angka itu adalah satu kisah duka tak terkira," tandasnya.