Djawanews.com – Sejumlah warga di China seperti Beijing dan Wuhan memilih untuk tetap beraktivitas di saat Covid-19 kembali merebak di China. Meski, Covid-19 kembali merebak, mereka yakin akan adanya pertumbuhan ekonomi seiring bertambahnya jumlah yang pulih.
"Epidemi tidak memberi kami kesempatan untuk datang dan bermain. Setelah berakhirnya penguncian ini, kami tidak perlu lagi memindai kode kesehatan dan juga tidak perlu memeriksa kode perjalanan. Jadi kami bebas sekarang," kata Yang, salah satu pengunjung taman, yang hanya menyebutkan satu nama.
Zhong, seorang mahasiswa berusia 22 tahun, yang juga berada di danau itu, mengatakan dia tidak meninggalkan rumah selama dua atau tiga minggu setelah dia terinfeksi. "Sekarang saya bisa keluar dan ini waktu yang tepat untuk liburan Tahun Baru. Saya ingin berkeliling di Beijing, melihat dan merasakan suasana pesta."
China mencabut kebijakan "nol-Covid" yang ketat pada 7 Desember 2022 untuk mengadopsi strategi hidup dengan virus. Gelombang infeksi sejak itu meletus secara nasional.
Di tengah lonjakan perjalanan liburan yang diharapkan, Istana Potala yang spektakuler di Tibet akan dibuka lagi untuk pengunjung mulai 3 Januari 2023, setelah ditutup pada Agustus tahun lalu karena wabah Covid-19.
Sementara lalu lintas meningkat lagi di jalan-jalan Beijing karena orang-orang dengan cepat kembali ke tempat-tempat luar ruangan, seperti danau, sungai, dan pusat perbelanjaan. Tetapi bisnis masih lambat di beberapa tempat yang lebih kecil dan terbatas seperti restoran, kata pemilik.
"Produksi, pekerjaan, kehidupan, dan hiburan semuanya kembali ke tingkat normal," kata seorang pria bermarga Wu kepada Reuters di tepi sungai di pusat kota Wuhan, tempat pandemi dimulai tiga tahun lalu. Orang yang telah terinfeksi tidak lagi cemas, tambah Wu, seorang tutor di pusat pelatihan pendidikan swasta.
Liburan terbesar China, Tahun Baru Imlek, dimulai pada 21 Januari tahun ini. Kantor berita China CCTV mengatakan, pada momentum itu jaringan kereta api diharapkan dapat mengangkut 5,5 juta penumpang.
Media China mewartakan, beberapa hotel di objek wisata Sanya di pulau selatan Hainan sudah penuh dipesan untuk Tahun Baru Imlek. Dalam beberapa hari terakhir, media pemerintah berupaya meyakinkan publik bahwa wabah Covid-19 telah terkendali dan mendekati puncaknya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Sabtu, 31 Desember 2022, melaporkan, lebih dari 80 persen dari mereka yang tinggal di provinsi barat daya Sichuan telah terinfeksi. Pemerintah China pada Senin, 2 Januari 2023, mencatat satu angka kematian, sama seperti hari sebelumnya.
Minimnya data kematian di antara populasi China yang berjumlah 1,4 miliar itu, banyak dikhawatirkan sejumlah negara. Dari Amerika Serikat hingga Malaysia memberlakukan pembatasan bagi pelancong China yang mau berkunjung ke negaranya.
Pekan lalu, perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris, Airfinity, mengatakan, sekitar 9.000 orang di China mungkin meninggal setiap hari akibat Covid. Mereka menyebut, kematian kumulatif di China sejak 1 Desember bisa mencapai 100.000, dengan infeksi mencapai 18,6 juta.
Airfinity memperkirakan infeksi Covid di China mencapai puncak pertamanya pada 13 Januari, dengan 3,7 juta infeksi setiap hari. Sementara China mengatakan hanya menghitung kematian pasien Covid yang disebabkan oleh pneumonia dan gagal napas sebagai terkait Covid. Penderita yang punya komorbid, dianggap meninggal karena penyakitnya meski dia terpapar Covid-19.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.