Djawanews.com – Barbados meresmikan diri sebagai negara republik pada awal pekan ini. Dengan demikian negara kecil di wilayah kepulauan Karibia itu telah mencetak sejarah baru setelah hampir 400 tahun berada di bawah Kerajaan Inggris.
Warga Barbados pun menyambut meriah momen pergantian itu dengan turun ke jalanan ibu kota sambil bersorak sorai, terutama di salah satu titik kumpulnya di Jembatan Chamberlain di Bridgetown pada Senin tengah malam (29/11) waktu setempat.
Selain itu, pergantian tersebut menjadi semakin khidmat ketika lagu kebangsaan Barbados dikumandangkan dari Heroes Square, yang juga dipadati oleh warga, bersamaan dengan dilepaskannya 21 tembakan ke udara.
Turut hadir dalam momen bersejarah itu, pewaris takhta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles. Ia menjadi saksi bagaimana sejumlah atribut dan standar kerajaan diturunkan. Ia juga menjadi saksi bagaimana Barbados baru diumumkan.
Bersamaan dengan momen tersebut, Sandra Mason dilantik sebagai presiden pertama Barbados di bawah bayang-bayang parlemen Barbados. Mason terpilih bulan lalu oleh sesi gabungan Dewan Majelis dan Senat negara itu.
“Waktunya telah tiba untuk sepenuhnya meninggalkan masa lalu kolonial kita,” kata Mason usai dilantik.
"Orang Barbados menginginkan kepala negara Barbados," tambahnya, sebagaimana dikabarkan Al Jazeera.
Warga Barbados menyambut hangat pergantian kekuasaan itu. Mereka yang mendukung mengatakan bahwa dengan mencopot Ratu Inggris sebagai kepala negara Barbados, maka akan mengirimkan pesan yang kuat kepada dunia.
Perubahan Barbados menjadi negara republik bukanlah langkah yang terjadi dalam semalam, melainkan sudah diumumkan sejak tahun lalu selama Pidato Takhta tahunan.
Dengan perubahan baru ini, Barbados akan tetap menjadi republik dalam Persemakmuran atau Commonwealth, yakni sebuah pengelompokan 54 negara di Afrika, Asia, Amerika dan Eropa.