Djawanews.com – Cerita Korban PHK bernama Maulana Arif Budi Satrio yang nekat berjalan kaki ratusan kilometer dari Jakarta ke Solo demi bertemu keluarga di kampung halaman sangat menarik untuk disimak.
Sebelumnya, pria yang akrab disapa Rio ini merupakan sopir bus pariwisata di Jakarta sejak 2017. Semula kehidupannya baik-baik saja, hingga akhirnya virus corona masuk ke Indonesia.
Menjadi Korban PHK dan Nekat Berjalan Kaki Jakarta-Solo
Pandemi virus corona telah membuat bisnis transportasi di Indonesia kocar-kocir. Situasi ini membut sejumlah perusahaan memutus hubungan kerja dengan karyawannya. Salah satu korbannya adalah Rio.
Selanjutnya, Rio memutuskan untuk mudik ke kampung halaman, tepatnya di Desa Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo. Mengingat dirinya sudah tidak punya apa-apa lagi karena tak bekerja.
Awalnya, Rio ingin mudik menggunakan bus. Dia pun mengaku sudah membeli tiket seharga Rp 500 ribu, namun tidak sesuai dengan ekspektasi.
“Saya mencoba naik angkutan umum, tarifnya sangat mahal RP 500 ribu, terus yang datang bukan bus tapi Elf, penumpangnya melebihi kapasitas,” ungkap Rio, mengutip Kompas, Rabu (20/5/2020)
Rio pun meminta uangnya dikembalikan, dan memutuskan untuk pergi dengan meminjam kendaraan pribadi. Akan tetapi ketika sampai dicikarang, dirinya diminta putar balik oleh petugas.

Maulana Arif Budi Satrio, korban PHK yang nekat jalan kaki dari Jakarta ke Solo (Tribun Solo)
Hingga akhirnya Rio memutuskan untuk berjalan kaki dari rumah kontrakannya di Cibubur, Jakarta Timur. Dia memulai perjalanannya sejak Senin (11/5/2020) pagi.
Dia berjalan kaki selama empat hari dan berjalan sekitar 100 kilometer per hari.
Yang menarik, meski menempuh perjalanan berat, dia tetap berpuasa. Dia makan sahur dan berbuka di warung-warung yang dia lintasi.
“Saya pernah ditanya mau kemana? Saya jawab mau ke Solo. Mereka terkejut. Ada yang kesedak. Terus saya mau bayar, pemilik warung tidak mau dibayar,” kata Rio.
Setelah berjalan selama empat hari, tepatnya pada Kamis (14/5/2020), Rio sampai di Gringsing, kabupaten Batang.
Keberadaan Rio diketahui rekan-rekannya sesama sopir bus. Setelah itu, dia tak lagi diperbolehkan lagi berjalan kaki oleh kawan-kawannya dan akan diantar sampai solo.
“Saya dijemput oleh teman-teman Peparindo, diantar pulang ke Solo, sampai Solo hari Jumat,” ujar pria yang menjadi korban PHK salah satu perusahaan transportasi tersebut.