Djawanews.com – Media sosial dihebohkan dengan pengakuan seorang warga yang menyatakan bahwa dirinya dipaksa melakukan rapid test berbayar di Gerbang Tol Salatiga Jalan Tol Semarang Solo.
Warga tersebut mengaku terjaring razia protokol kesehatan. Untuk dapat melanjutkan perjalanan, dia bersama dengan dua keluarganya yang ada di dalam mobil diminta untuk rapid test antibody dan diharuskan membayar Rp 150.000 per orang.
Padahal, dia sudah mendapatkan surat hasil rapid test antigen dari rumah sakit sebelum melakukan perjalana ke Salatiga, Jawa Tengah.
Warga itu kemudian bertanya kepada petugas, mengapa hasil rapis test antigen yang sudah diperolehnya tidak berlaku dan harus menjalani rapid test antibodl?
Petugas yang bersangkutan hanya menjawab bahwa dia hanya menjalankan kebijakan pemerintah daerah. Petugas tersebut menyampaikan, apabila menolak untuk melakukan rapid test antibdi, maka pengendara diminta untuk putar balik dan tidak bisa melanjutkan perjalanan.
“Karena sudah malam kami males berdebat dan ikuti rapid test bayar bertiga Rp 450.000 dan tanpa diberi kuitansi pembayaran sebagai bukti,” ujar salah seorang warga di medsos, Selasa (29/12/2020).
Terkait hal itu, PT Trans Marga Jateng selaku pengelola Jalan Tol Semarang-Solo menampik informasi pemaksaan rapid test antibodi di Gerbang Tol Salatiga.
Manager Administrasi PT Trans Marga Jateng Sarjono menegaskan, informasi yang tersebar di medsos dipastikan tidak benar atau hoax.
Kendati demikian, dia tidak membantah bahwa ada pemeriksaan protokol kesehatan di Ruas Jalan Tol Semarang-Solo. Namun hal itu hanya digelar di Rest Area, yakni Rest Area 429 A Ungaran, Rest Area 456 A dan B (Rest Area Pendopo 456) dan Rest Area 487 A dan B (Bale Nglaras).
Selain itu, pemeriksaan tersebut juga dilakukan menggunakan rapid test antigen, bukan rapid test antibodi.
“Pelaksanaan swab tes Antigen hanya dilakukan oleh Dinas terkait dan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, yakni pihak Kepolisian dan Dinas Kesehatan Pemerintah setepat,” ujar Sarjono, Selasa (29/12/2020), mengutip Kompas.
Selain itu, Sarjono juga menyampaikan bahwa waktu pelaksanaan rapid test antigen dilakukan pagi sampai siang hari.
“Jadi informasi yang beredar di media sosial tersebut adalah hoax,” tandas Sarjono.
Simak perkembangan informasi terkini seputar olahraga hanya di Warta Harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan informasi cepat dan menarik jangan lupa ikuti Instagram @djawanewscom.