Djawanews.com – Badan Perubahan Iklim Uni Eropa Copernicus (C3S), dalam laporan yang dipublikasikan, menyebut 2023 sebagai tahun terpanas sepanjang masa tercatat sejak 1850an. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut.
"Dengan suhu rata-rata global sebesar 14,98 derajat Celsius, 2023 telah menggantikan 2016 sebagai tahun kalender terhangat yang pernah tercatat," kata badan itu dilansir ANTARA dari Anadolu, Rabu, 10 Januari.
C3S menambahkan “setiap bulan mulai Juni hingga Desember 2023 lebih hangat dibandingkan periode sama pada tahun-tahun sebelumnya."
Juli dan Agustus 2023 adalah dua bulan terhangat yang pernah tercatat, tulis laporan itu.
2023 adalah tahun kedua terhangat di Eropa, dengan suhu rata-rata 1,02 derajat Celcius lebih tinggi daripada rata-rata 1991-2020. Suhu rata-rata pada 2023 hanya 0,17 derajat Celcius, lebih dingin daripada 2020 yang merupakan tahun terhangat yang pernah tercatat di Eropa.
Suhu di Eropa rata-rata lebih tinggi dalam 11 bulan selama 2023, termasuk September yang merupakan bulan September terhangat yang pernah tercatat.
Musim dingin di Eropa (Desember 2022 – Februari 2023) juga merupakan musim dingin terhangat kedua yang pernah tercatat.
Laporan itu juga mengingatkan kenaikan emisi gas rumah kaca menyebabkan suhu laut meninggi.
Ini menciptakan dampak yang signifikan, bahkan menghancurkan ekosistem laut dan keanekaragaman hayati, serta berdampak pada masyarakat secara sosial dan ekonomi.
“2023 adalah tahun yang luar biasa dengan rekor iklim yang bertumbangan secara beruntun bagai kartu domino." kata Wakil Direktur C3S Samantha Burgess dalam X.
“Suhu pada 2023 kemungkinan melebihi suhu pada periode mana pun, setidaknya dalam 100.000 tahun terakhir,” kata Burgess.
Ia menambahkan 2023 juga tahun pertama dalam sejarah yang suhunya pada setiap hari dalam setahun melebihi 1 derajat Celcius di atas suhu rata-rata pra revolusi industri pada 1850-1900.