Djawanews.com – Pendukung Ustaz Abdul Somad (UAS) menyerbu akun sosial media Presiden Singapura Halimah Yacob dan Perdana Menteri Lee Hsien Loong usai insiden penolakan yang diterima ustaz pantutan mereka itu di Singapura.
Diketahui UAS pemerintah Singapura menolak kedatangan UAS dan keluarga yang berniat untuk berlibur pada Senin, 16 Mei. Alasannya, UAS dianggap sebagai sosok yang kerap menyebarkan ajaran ekstrem dan menjurus pada perpecahan.
Mereka merasa, sentimen seperti itu adalah ancaman terhadap warga Singapura yang multiras dan multiagama.
"Somad diketahui menyebarkan ceramah ekstrem dan segregasi yang tidak dapat diterima oleh masyarakat multi-ras dan multi-agama di Singapura," demikian tertulis dalam pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri Singapura pada 17 Mei.
"Contohnya, Somad ceramah mengenai bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Palestina-Israel dan dapat dianggap syahid. Dia juga berkomentar yang merendahkan agama lain, seperti Salib Kristen dianggap sebagai tempat tinggal jin kafir. Somad juga secara terbuka menyebut non-Muslim kafir," papar mereka.
Pernyataan Singapura pun memantik amarah pendukung UAS. Pada Kamis (19/5), The Straits Times melaporkan, pendukung UAS berbondong-bondong membanjiri akun Presiden, Perdana Menteri, Menlu, Badan Pariwisata, Otoritas Imigrasi dan lembaga pemerintah Singapura lainnya dengan komentar bertagar #SaveUAS dan #SaveUstadzAbdulSomad.
Melansir kumparan.com, Menteri Komunikasi dan Informatika Singapura (MCI) telah mengkonfirmasi kejadian ini pada Rabu (18/5). Juru bicara MCI juga mengatakan, mereka menemukan seruan serangan siber terhadap akun media sosial Pemerintah Singapura di grup obrolan publik Indonesia.
MCI melaporkan, sejauh ini ada dua situs perusahaan manajemen acara yang dirusak oleh peretas. Kedua situs itu kini sudah berhasil dipulihkan dan Tim Tanggap Darurat Komputer Singapura (SingCert) akan menghubungi perusahaan untuk memberikan bantuan lebih lanjut.
Dalam menghadapi fenomena ini, MCI mengimbau kepada seluruh organisasi Singapura untuk memperkuat keamanan siber mereka.
“Organisasi disarankan untuk mengambil langkah aktif untuk memperkuat postur keamanan siber mereka, meningkatkan kewaspadaan, dan memperkuat pertahanan online mereka untuk melindungi organisasi mereka dari kemungkinan serangan siber, seperti perusakan web dan penolakan layanan terdistribusi (DDoS),” kata MCI.
Kementerian meminta organisasi Singapura yang telah terkena dampak serangan dunia siber atau memiliki bukti bahwa jaringan mereka telah disusupi untuk melapor ke SingCert.