Menolak sombong, memahami budaya Swedia Jantelagen.
Kekayaan adalah keinginan bagi semua orang yang hidup dan bekerja. Jika di Indonesia memamerkan hasil capaian berupa kekayaan adalah hal yang umum, berbeda dengan budaya Swedia Jantelagen.
Meskipun Swedia adalah salah satu negara terkaya di dunia—dibuktikan dengan tingginya pendapatan per kapitanya—namun warganya ternyata sangat menjunjung tinggi kesetaraan.
Materi ternyata tidak membuat orang lupa diri, hal tersebut dibuktikan dengan mental orang-orang Swedia. BBC melaporkan jika ada peraturan tidak tertulis masyarakat Swedia tentang Jantelagen yang merupakan kode etik yang membuat seseorang pantang bicara soal materi.
Berikut Beberapa Fakta Budaya Swedia Jantelagen
- Orang Swedia Bungkam Soal Penghasilan
Berdasarkan investigasi BBC di suatu daerah Strandvagen (perumahan paling mahal di ibu kota Swedia), beberapa warga yang ditanyai tentang besaran penghasilan memilih untuk bungkam.
Robert Ingemarsson, laki-laki berusian 30 tahun yang bekerja sebagai pemasaran senior berkata, “Saya tidak akan memberitahu Anda seberapa besar penghasilan saya karena saya tak punya alasan untuk membicarakannya,” selain itu dirinya juga megatakan jika uangnya digunakan untuk investasi di pasar saham.
Contoh lain adalah Victor Hesse yang berusia 24 tahun mengatakan “itu rahasia,” ketika ditanya besaran gaji yang diterimanya saat magang di salah satu perusahaan besar Swedia.
- Warga Stolkhom lebih Nyaman Bicara Seks
Jika membicarakan perihal harta adalah tabu, di Stolkhom berbicara soal seks dan tubuh adalah hal yang lumrah. Hal tersebut diungkapkan oleh Lola Akinmade Akerstrom, seorang penulis budaya Swedia yang tinggal di Stockholm.
- Jantelagen: Mekanisme Kontrol Sosial
Jantelagen adalah kebiasaan Nordik yang membudaya, dan tidak pernah menganggap jika diri sendiri lebih hebat dibandingkan orang lain. Akerstrom menyatakan jika aturan tersebut tidak tertulis dan merupakan usaha agar membuat semua orang setara untuk mencegah tekanan pergaulan sosial.
Idiom ”Jantelagen” juga disebutkan dalam fiksi penulis Norwegia-Denmark, Aksel Sandemose yang terbit pada tahun 1933. Jante merupakan sebuah kota taat aturan.
Meskipun demikian, budaya Jantelagen menurut akademisi University of Glasgow Stephen Trotter sudah membudaya di masyarakat Eropa Utara (terutama pedesaan) selama berabad-abad. Jantelagen, menurut Trotter merupakan mekanisme kontrol sosial dan sebuah cara cara merayakan kesederhanaan.
Budaya Swedia Jantelagen memiliki kesamaan dengan tall poppy syndrome di Australia dan Selandia Baru, yang merupakan metode penghukuman orang-orang yang suka menyombongkan kekayaan dan status sosial mereka.