Djawanews.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan modifikasi cuaca berupa hujan buatan untuk mengurangi polusi udara di Jakarta. Hujan buatan ini akan berlangsung hingga September 2023 mendatang.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), A Fachri Radjab mengungkapkan, operasi modifikasi cuaca berupa hujan buatan masih akan berlangsung hingga September 2023 mendatang. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi polusi udara di Jakarta.
"Saat ini masih berlangsung, kami rencanakan operasi modifikasi cuaca sampai 4 September nanti," kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A Fachri Radjab dalam keterangannya, Senin 28 Agustus.
BMKG juga menyampaikan upaya penanggulangan polusi yang dilakukan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), TNI AU, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Jadi BMKG, BRIN dan TNI AU, KLHK, BNPB melakukan operasi ini di Lanud Halim. Kami sudah mulai sejak 19 Agustus 2023 sampai dengan hari ini melakukan upaya sebanyak 13 kali," ujarnya
Hal yang dilakukan dalam operasi ini adalah dengan melakukan penyemaian garam untuk mempercepat proses kondensasi yang memancing hujan.
"Tanggal 27 Agustus kemarin kami melakukan dua kali sortir penerbangan jam 10.00 WIB dan 15.00 WIB. Kami melakukan penyemaian di lokasi yang ada potensi awan. Dari mesin pantau, kami melihat ada potensi bibit awan di sekitar Bogor. Berdasarkan citra radar, ada sedikit sekali sel awan. Kami semai jam 15.00 WIB, kemudian jam 16.00 WIB semakin meluas sampai ke Jakarta bagian selatan," jelasnya.
Hujan buatan ini diakui Fachri cukup membantu menurunkan tingkat polusi, meskipun tidak signifikan.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya juga menyebut teknik modifikasi cuaca yang dilakukan pihaknya pada Minggu kemarin terbukti efektif menurunkan partikel polusi udara.
Teknik modifikasi cuaca tersebut menyebabkan turun hujan di daerah Bogor selama lima menit dan menurunkan angka Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dari angka 97 menjadi 29.
Berpegang pada hasil tersebut, saat ini pemerintah tengah mendalami alternatif teknik modifikasi cuaca lain untuk terus memperbaiki kualitas udara.
"Kemarin tanggal 27 Agustus hujan di Bogor selama 05.53 menit. KLHK mengikuti terus perkembangannya dan salama record kami setelah hujan pada jam 15.30 kualitas udaranya jadi baik," ungkap Siti Nurbaya.