Djawanews.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa sebagian wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Karena itu, BMKG mengimbau seluruh pihak untuk mulai melakukan penghematan penggunaan air.
"Pada semua pihak dimohon untuk melakukan penghematan penggunaan air, kalau masih ada hujan turun di beberapa wilayah mohon segera dipanen, beberapa kelompok di daerah yang sudah melakukan panen hujan mohon terus dilakukan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers perkembangan El Nino yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa 6 Juni, disitat Antara.
Ia mengungkapkan, berdasarkan analisis BMKG sebesar 28 persen atau 194 zona musim wilayah Indonesia saat ini sudah memasuki musim kemarau, termasuk DKI Jakarta.
Ia memaparkan, wilayah tersebut meliputi Aceh bagian timur, Sumatera Utara bagian timur, Riau bagian timur, Bengkulu bagian selatan, Lampung bagian selatan, Banten bagian utara, DKI Jakarta, Jawa Barat bagian utara.
Kemudian, sebagian Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, sebagian Bali, NTB, dan NTT, sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Kepulauan Maluku, dan sebagian Maluku Utara.
"Belum seluruhnya memasuki musim kemarau, namun segera nanti di bulan Juli, Agustus, September, itu akan semakin bertambah wilayahnya," tuturnya.
Dwikorita menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi wilayah Indonesia mengalami kemarau yang akhirnya berdampak pada kekeringan, yakni adanya dua fenomena iklim yang terjadi secara bersamaan, yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif.
"Dampak dari kedua fenomena tersebut, makin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia, bahkan sebagian wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan akan lebih kering di bawah normalnya," tuturnya.
Ia mengemukakan El Nino dikontrol oleh suhu muka air laut di wilayah samudra Pasifik, sedangkan IOD dikontrol oleh suhu muka air laut di wilayah Samudera Hindia.
"Dua fenomena itu pernah terjadi bersamaan pada tahun 2019. Keduanya pada saat ini mengarah pada kondisi yang mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi lebih kering, jadi keduanya saling menguatkan kondisi tersebut," katanya.
Dwikorita memprediksi dampak yang sama seperti pada 2019, itu bakal terjadi mulai semester kedua 2023.
"Maka seluruh pihak mohon lebih gencar melakukan langkah antisipasi pada daerah-daerah yang diprediksi akan mengalami kondisi kering atau curah hujan dengan kategori rendah yang dapat memicu kekeringan dan karhutla ataupun dampak lanjutnya," pungkasnya.