Djawanews.com – Tiga hari sudah warga Yogyakarta menggelar inisiatif lockdown mandiri di dusun dan perkampungan setempat. Kendati pemeritah daerah Yogyakarta tidak memasang status lockdown di kota tersebut, warga secara mandiri dan serempak menutup akses masuk ke wilayah mereka, sejak Sabtu (30/3/2020).
Gerakan ini kian meluas, nyaris seluruh portal di perkampungan — kecuali jalan utama – menggunakan palang lockdown berbahan bambu dengan bermacam tulisan menggelitik, seperti “Lockdown, Ngeyel Smack Down,” atau “Ra Sah Ta Jelaske, kudune Koe Paham.”
Versi lebih simpatik, akan diimbuhi perintah untuk melapor ke RT/RW setempat jika ada penghuni dari luar dusun yang menyambangi kediaman salah seorang warga.
Lockdown mandiri ala warga Yogyakarta
Tak hanya membatasi akses masuk, beberapa daerah di Yogyakarta juga menerapkan sistem penyemprotan disinfektan ke setiap pengendara motor maupun mobil yang keluar-masuk perkampungan. Beberapa daerah lainnya, seperti perkampungan di Sumberan, Soragan, melakukan penyemprotan disinfektan sekali dalam seminggu.
Warga di kampung tersebut juga diberi co-card khusus sebagai tanda pengenal ketika melintasi portal. Tak semua kawasan menutup rapat daerah mereka, ada pula yang mengizinkan tamu masuk asal mau menuliskan dengan jelas nama, alamat serta tujuan bertamu ke kampung tersebut.
Inisiatif mandiri warga Yogyakarta ini sekaligus merespons kebijakan pemerintah daerah yang enggan bertindak tegas menutup Yogyakarta dari kunjungan wisatawan guna mencegah penyebaran virus Corona COVID-19. Hingga Minggu (29/3/2020) tercatat kasus Corona di Yogyakarta sebanyak 175 orang pasien dalam pengawasan (PDP), 40 orang dinyatakan negatif, 19 orang dinyatakan positif dan 7 orang meninggal dunia.