Djawanews - BMKG rutin mengirim peringatan dini cuaca ekstrem ke semua pemerintah daerah. BMKG punya alat canggih untuk memprediksi cuaca. Tapi apalah arti alat canggih itu kalau tak diimbangi dengan langkah penanganan bencana dari daerah.
Bencana akibat dampak siklon tropis Seroja yang terjadi di beberapa Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, 4 April lalu harus jadi pelajaran penting negeri ini. Bencana itu menghancurkan kawasan dan menimbulkan ratusan korban jiwa.
Awal April 2021, Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis beberapa kali peringatan dini cuaca ekstrem dan adanya bibit siklon tropis di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Siklon tropis Seroja sendiri merupakan siklon terbesar kedua yang terjadi di Indonesia setelah siklon tropis Kenanga yang pernah terjadi di Selatan Jawa.
"Setelah peringatan dini tersedia dan terinformasikan, maka tantangan lain bagi pemerintah terkait pengurangan risiko dampak bencana adalah bagaimana peningkatan pemahaman dan respon stakeholder atau masyarakat. Peningkatan struktur lingkungan dalam menghadapi bencana juga perlu diperhatikan," kata Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin dalam paparannya di Rakor Tim Intelijensi Penanggulangan Bencana, Kamis (29/4) lalu.
Dr. Perdinan, dosen Institut Pertanian Bogor bilang, BMKG sudah memiliki alat yang cukup baik untuk memberikan peringatan dini tersebut. Hanya saja selanjutnya adalah bagaimana respon pemerintah, khususnya pemerintah daerah terkait laporan tersebut.
"Pertanyaannya adalah bagaimana respon pemerintah menanggapi peringatan dini tersebut? kita harus menginformasikan semuanya dengan cepat dan tepat. Itu yang masih menjadi tantangan," ungkap Perdinan.
Menurut Perdinan, tidak hanya BNPB yang perlu merespon peringatan dini tersebut. Perlu dibangun kesiapsiagaan di tingkat pemerintah daerah bahkan masyarakat.
"Kolaborasi dari tingkat pusat, daerah, hingga masyarakat perlu dipertajam," tegas Ferdinan.
Menanggapi hal tersebut, Drs. Sintus Carolus selaku Plh. Sekretaris BPBD Provinsi NTT menyampaikan bahwa pemerintah daerah NTT sudah melakukan tindak lanjut terkait peringatan dini dari BMKG sejak bulan September 2020.
"Dengan adanya peringatan dini dari BMKG, kami mengirimkan surat ke setiap Kabupaten/Kota, melaksanakan imbauan dan penegasan kepada masyarakat, serta sosialisasi" jelas Isyak.
Berdasarkan informasi lapangan yang diperoleh tim survei dan pemetaan BNPB, masyarakat sudah menerima informasi tersebut namun tidak mengira dampak siklon tropis seroja akan berdampak sebesar itu.
Untuk kerusakan sendiri, dampak yang paling parah terjadi di Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Adonara, dan Kabupaten Alor.