Djawanews.com – Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan pemerintah Turki telah meningkatkan rencana untuk membangun rumah-rumah bagi para korban gempa bumi dahsyat yang melanda wilayah perbatasannya dengan Suriah. Sementara diketahui jumlah korban tewas di kedua negara itu mendekati 50.000 orang.
Dijelaskan olehnya, sekitar 313.000 tenda telah didirikan, dengan 100.000 rumah kontainer yang akan dipasang di zona bencana, membentang ratusan kilometer ke arah pedalaman dari pantai Mediterania Turki dan Suriah.
Jumlah korban tewas di Turki telah meningkat menjadi 43.556 orang, kata Soylu, sementara di Suriah jumlah korban tewas hampir mencapai 6.000 orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan lebih dari 4.500 orang tewas di wilayah barat laut Suriah yang dikuasai pemberontak. Sementara Pemerintah Suriah mengatakan 1.414 orang tewas di wilayah yang berada di bawah kendalinya.
Soylu menerangkan, lebih dari 600.000 apartemen dan 150.000 bangunan komersial telah mengalami setidaknya kerusakan sedang.
"Kota-kota kami akan dibangun di tempat yang tepat, anak-anak kami akan tinggal di kota-kota yang lebih kuat. Kami tahu ujian seperti apa yang kami hadapi, dan kami akan keluar dari ini dengan lebih kuat," katanya kepada lembaga penyiaran negara TRT Haber, melansir Reuters 23 Februari.
Lebih jauh Soylu juga mengatakan, pihak berwenang memperluas penyelidikan terhadap kontraktor bangunan Turki yang diduga melanggar standar keselamatan dan memperbesar skala kerusakan.
Dia mengatakan, 564 tersangka telah diidentifikasi, dengan 160 orang telah ditangkap secara resmi dan banyak lagi yang masih dalam penyelidikan.
Diketahui, gempa berkekuatan 7,8 SR, disusul dengan gempa yang tidak jauh berbeda kekuatannya beberapa jam kemudian, mengguncang Turki pada 6 Februari lalu, dengan dampaknya dirasakan hingga Suriah.
Sekitar 865.000 orang tinggal di tenda-tenda dan 23.500 orang di rumah-rumah kontainer, sementara 376.000 orang tinggal di asrama-asrama mahasiswa dan wisma-wisma umum di luar zona gempa bumi, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Hari Selasa.