Djawanews – Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga menjunjung kesamaan gender, hal tersebut dikarenakan pada 12 Agustus 1963 dibentuk Wanita Angkatan Udara (WARA).
Meskipun pada mulanya WARA hanya diberikan tugas di bidang administrasi, guru bahasa, dokter, dan pekerjaan yang tidak terlalu mengandalkan kekuatan fisik lainnya, namun lambat laun mereka mulai mengemban tugas layaknya TNI pria.
Melalui laman resmi TNI AU, pada tahun 1982 tugas WARA tidak hanya mengatur lalu lintas penerbangan, namun juga menjadi penerbang. Awalnya pilot tempur TNI wanita diemban oleh Hermuntarsih dan Sulastri Baso, hingga terdapat lima prajurit menyusul di antaranya Inana, Veronika, Ratih, Sumartini dan endrika.
Pink Force, Tim Terjun Payung WARA
Para TNI Srikandi tersebut kemudian juga membentuk tim penerjun payung yang bernama Pink Force. Menariknya, Pink Force juga menorehkan beberapa prestasi di antaranya dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) dan ajang Kejuaraan Dunia Terjun Payung di Senayan tahun 1991.
Kemudian di tahun 2000, penerjun payung WARA juga mengukir prestasi membanggakan pada PON XV di Jawa Timur. Mereka berhasil menyabet beberapa medali sekaligus.
Para Teknisi Pesawat Perempuan
Selain unjuk prestasi di bidang terjun payung, para prajurit WARA juga mengemban tugas menjadi teknisi pesawat terbang. Mereka menjalankan tugas layaknya anggota TNI AU pria sebelumnya, dengan seragam biru muda dan biru tua kebanggaannya.
Para teknisi pesawat WARA menangani berbagai perbagian pesawat tempur dan juga helikopter. Sebagai contoh ada Sersan Avridayanti, Sersan Dian Melani, dan Sersan Iin Herawati, yang merupakan tiga dari 11 wanita teknisi pesawat tempur seperti Fokker F-27 Troopship atau Helikopter S-58T Sikorsky Twinpac.
Dengan demikian, dibentuknya Wanita Angkatan Udara (WARA) adalah bukti jika pekerjaan pertahanan juga dapat dilakukan oleh kaum wanita yang selama ini identik dengan “pekerjaan dapur”. Selain WARA, jangan lupa baca juga hal-hal unik dan menarik lainnya, hanya di Konten Serba-Serbi Djawanews.