Djawanews.com – Hari ini, ada sekitar empat juta manusia yang dilahirkan berkat teknologi bayi tabung. Seribu di antaranya diperkirakan ada di Indonesia, termasuk Yusuf Ivander Damares, anak dari pasangan “Ratu Ngebor” Inul Daratista dan Adam Suseno.
Teknologi ini memang sangat membantu pasangan yang tidak subur. Laporan Komite Nobel Kedokteran pada medio 2010 mengungkapkan ada lebih dari 10% pasangan tak subur di seluruh dunia dan teknologi IVF atau bayi tabung sangat membantu mereka yang memiliki keterbatasan tersebut.
Lantas, bagaimana teknologi bayi tabung dijalankan?
Saat ingin melakukan pembuahan melalui metode bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF, sel telur dari rahim akan dikeluarkan, lalu pembuahan dengan sperma akan dilakukan di laboratorium.
Sel telur yang berhasil dibuahi, disebut dengan embrio. Embrio ini kemudian dimasukkan kembali ke dalam rahim, agar dapat berkembang menjadi janin. Sisa embrio juga dapat dibekukan, untuk digunakan di kemudian hari.
Saat embrio ditanamkan kembali ke rahim, proses kehamilan belum tentu terjadi. Pada perempuan yang berusia di bawah 35 tahun, tingkat keberhasilan prosedur bayi tabung lebih tinggi, dibandingkan dengan perempuan berusia di atas 40 tahun. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan proses pembuahan melalui metode bayi tabung, antara lain usia ibu, kondisi embrio, riwayat reproduksi, penyebab kemandulan hingga gaya hidup.
Untuk mengetahui perkembangan dunia entertainment dan lifestyle terkini, ikuti terus rubrik Lifestyle di Djawanews.