Djawanews.com – Penemuan situs kuno kembali ditemukan di Jawa Tengah. Kali ini penemuan berupa susunan batu andesit yang diduga berupa candi di Dusun Windusabrang, Desa Wonolelo, Magelang.
Penambang pasir yang bernama Ginut (40) menemukan bebatuan itu di kedalaman sekitar satu meter. Penemuan sebenarnya terjadi sekitar satu bulan yang lalu di lahan milik salah satu warga. Lahan tersebut terletak di lereng Gunung Merbabu-Merapi.
“Saya mencari pasir menemukan batu tatanan. Batu itu saya bersihkan dan saya kumpulkan,” ujar Ginut yang dikutip dari smol, Kamis (1/10/2020).
Ia mengaku sempat membiarkan bebatuan tersebut. Namun kabar penemuan batu yang diduga candi didengar oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah.
Tim BPCB Jateng sendiri sudah memeriksa penemuan tersebut pada Senin (28/9) lalu, yang didampingi oleh perangkat desa.
“Hari kemarin, Senin (28/9), saya ke lokasi. Sebelumnya kami meminta izin ke perangkat desa, lurah dan kami lapori ada laporan tentang penemuan struktur di pinggir sungai. Pak lurah berkenan mendampingi untuk kesana dan kita cek di lokasi ditemani pihak pelapor juga,” jelas Staf Kelompok Kerja Pemanfaatan Pengembangan dan Publikasi BPCB Provinsi Jawa Tengah, Putu Dananjaya.
Putu menjelaskan, bongkahan batu yang ditemukan di lokasi beberapa di antaranya sudah dipindahkan oleh penambang pasir. Namun diduga masih ada struktur batu yang diduga belum utuh.
“Ketika kami lihat pertama memang ada beberapa bongkahan batu andesit yang sudah dipindahkan dari letak oleh penambang pasir dan dikumpulkan. Kami observasi juga, selain itu yang masih di tempat atau in situ, ada susunan batu yang masih in situ, belum dilepas dari strukturnya. Dan baru keliatan seberapa, belum terekspos semua,” jelasnya.
Ia menduga struktur batu di Lereng Merapi-Merbabu itu dibangun sekitar abad ke-9. Hal tersebut terlihat dari ciri struktur dan pahatan batu yang sama dengan keberadaan Candi Asu, Candi Lumbung, dan Candi Pendem.
“Di situ pernah ada prasasti yang intinya dibangun sekitar abad ke-9. Kita duga seperti itu, antara 9-10. Itu masuk dalam masa klasik Indonesia. Klasik Indonesia masa pengaruh Hindu-Buddha,” jeals Putu.
Ia sendiri belum bisa memastikan apakah susunan batu itu adalah candi atau petirtaan. Untuk saat ini pihaknya baru menemukan pola struktur bebatuan tersebut. Namun dugaan sementara susunan batu itu hanya struktur saja.
“Kemudian ketika kita cek di lapangan belum ada yang bagian-bagian atap, makanya kita belum bisa menentukan itu candi atau petirtaan dan lain sebagainya. Kita sebut struktur dulu,” jelasnya.
Untuk memantau perkembangan candi baru tersebut, atau mendapatkan kabar berita Jawa Tengah, kunjungi situs resmi Warta Harian Nasional Djawanews. Anda juga bisa mengikuti kami melalui akun media sosial Instagram @djawanewscom dan melalui aplikasi Babe. Hubungi kami untuk membagikan foto, video, artikel, dan berita lainnya.